Lokomotif kereta api peninggalan Belanda di Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya menjadi saksi sejarah perjuangan di Lubuklinggau yang merupakan peninggalan di zaman penjajahan Belanda
- Brin Sumsel Sarankan Pj Gubernur Benahi TPKS Dibandingkan Membuat Museum Sriwijaya
- Soal Pendirian Museum Sriwijaya, Sekda Sumsel Sebut Masih Rencana
- Sumsel Akan Buat Museum Kerajaan Sriwijaya, Sejarawan Sebut Upaya Untuk Memperkuat Identitas Daerah
Baca Juga
Keberadaan lokomotif di museum yang berada di jantung kota itu kini menjadi koleksi dan salah satu icon di museum Subkoss Lubuklinggau. Kini juga menjadi perhatian pengunjung untuk datang melakukan wisata sejarah. Lokomotif tersebut diperkirakan telah berusia 90 tahun lebih.
"Sampai di lLubuklnggau pertama kali tahun 1933, itu dibuat di pabrik Hanomag di Jerman tahun 1930," kata Pemandu Museum Subkoss Garuda Sriwijaya, Berlian Susetyo.
Lokomotif kereta tersebut dulunya menurut Berlian, difungsikan sebagai alat transportasi. Mulai dari untuk menarik gerbong penumpang maupun sebagai sarana mengangkut hasil bumi dengan batubara.
"Fungsinya dulu itu untuk menarik gerbong penumpang sama barang yang dibawa dari Lubuklinggau ke Palembang. Memang sebagai sarana transportasi untuk angkut hasil bumi sama batubara," ujarnya.
Selain itu, lokomotif tersebut juga ketika masa perang dengan Belanda menurutnya, dipakai untuk membawa tentara Subkoss yang ada di Lahat pindah ke Lubuklinggau.
"Karena sempat ada peristiwa agresi militer Belanda tahun 1947, itu tadinya tentara kita sudah di Lahat markasnya, sedangkan Belanda sudah menguasai kota Palembang," jelasnya.
Jadi sambung Berlian, ketika tentara Subkoss hendak pindah ke Lubuklinggau (gedung sekarang ini), mereka naik lokomotif. Dimana kereta lokomotif menarik gerbong yang berisi tentara Subkoss untuk dipindahkan ke Lubuklinggau.
Setelah Indonesia merdeka, kata Berlian, lokomotif kereta tersebut keberadaannya masih tetap dipakai oleh pihak PT PJKA. Lalu pada tahun 1984, lokomotif sudah tidak dipakai lagi.
"Terakhir bawa gerbong batubara di Kertapati," ungkapnya.
Lebih lanjut, setelah tidak dipakai lagi, lokomotif tersebut lalu disimpan dalam hangar atau tempat penyimpanan. Setelah itu pada tahu 1988 lokomotif itu dipindahkan ke Museum Subkoss di Lubuklinggau.
"Ketika museun di fungsikan tahun 1988, ya sudah karena barang bersejarah, jadi dipindahkan ke Subkoss tahun 1988 dipindahlan lewat jalan besar. Gerbongnya sudah tidak ada lagi, tinggal lokomotif saja," bebernya.
Saat ini menurut Berlian, keberadaan lokomotif sejarah peninggalan penjajahan Belanda itu dipajang di halaman depan Museum. Lokomotif tersebut di tahun 2021 sempat dilakukan restorasi dan konservasi.
"Yang keropos kita tambal biar tidak nampak dan yang berkarat dibersihkan. Usianya sudah hampir 94 tahun lebih. Itulah icon nya sebenarnya icon subkoss itu. Jadi objek foto setiap pengunjung. Karena memang icon kita utu, karena satu-satunya di Sumsel," pungkasnya.
- Brin Sumsel Sarankan Pj Gubernur Benahi TPKS Dibandingkan Membuat Museum Sriwijaya
- Soal Pendirian Museum Sriwijaya, Sekda Sumsel Sebut Masih Rencana
- Sumsel Akan Buat Museum Kerajaan Sriwijaya, Sejarawan Sebut Upaya Untuk Memperkuat Identitas Daerah