Beberapa bulan terakhir hingga saat ini, Sumsel khususnya Kota Palembang masih diselimuti oleh musim penghujan. Hampir setiap hari, hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi mengguyur Kota Pempek.
- Waspada DBD, Dinkes Muratara Siagakan Tim Surveilen di Tiap Puskesmas
- Empat Warga Meninggal Akibat DBD, Dinkes Banyuasin Gencarkan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
- Gencarkan Perang Lawan DBD, Pemkab Muba Luncurkan Gerakan Bersih Lingkungan
Baca Juga
Hal ini berimbas pada meningkatnya populasi Nyamuk Dengue, sehingga kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) ikut meningkat.
Seperti yang dijelaskan Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang, Yudhi Setiawan bahwa kondisi tersebut membuat penyebaran DBD semakin merebak, terutama pada anak-anak.
“Anak-anak memang rentan terjangkit, karena imunnya yang belum kuat serta kondisi musim penghujan juga menjadi penunjang,” katanya ketika dihubungi, Kamis (10/2).
Yudhi mengatakan hampir setiap hari, selalu terdapat penambahan kasus DBD. Menurutnya, nyamuk dengue tersebut bersifat domestik atau bersifat rumah. Artinya nyamuk dengue memiliki kebiasaan untuk mencari makan di dalam rumah, gedung, ataupun tempat tertutup lainnya.
Berdasarkan data yang diterima oleh Kantor Berita RMOLSumsel, tercatat kasus DBD di Kota Palembang sebanyak 73 kasus per 4 Februari 2022. Kasus tersebut tersebar di berbagai kecamatan yang ada di Kota Palembang.
Hampir setiap kecamatan memiliki kasus DBD. Untuk kecamatan dengan kasus tertinggi berada di Kecamatan Sukarami, sebanyak 14 kasus. Kemudian, menyusul Kecamatan Ilir Barat I dan Sako yang masing-masing berjumlah enam kasus.
"Kasus DBD masih didominasi oleh anak-anak usia 5-14 tahun yakni 37 kasus," tandas dia.
Demam Berdarah Jangan Dibiarkan
Melansir dari Halodoc.com bahwa kasus DBD akan berakibat fatal apabila tidak ditangani secara segera, terutama jika terkena pada anak-anak usia 5-11 tahun. Secara umum, gejala yang dialami jika terkena DBD adalah sakit kepala, nyeri sendi, otot, dan tulang, serta nyeri pada bagian belakang mata.
Oleh sebab itu, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini tidak bisa dibiarkan atau dianggap remeh. Lantas, mengapa demam berdarah bisa berakibat fatal;
1. Gejala yang beragam dan mengikis tubuh
Komplikasi dari DBD yang memburuk kerap kali dilupakan oleh orang-orang. Padahal, gejala DBD yang tergolong parah bisa membuat kerusakan pada pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Kemudian DBD juga bisa menyebabkan muntah-muntah yang disertai dengan darah, pendarahan dari gusi dan hidung, napas terengah-engah, hingga pembengkakan organ hati yang menyebabkan nyeri di sekitar perut.
2. Masuk Fase kritis atau kedua
Penyakit DBD memiliki tiga fase, yakni fase demam atau pertama, fase kritis atau kedua, hingga fase penyembuhan. Pada fase pertama, pengidap DBD akan mengalami demam tinggi hingga 39-41 derajat celcius yang berlangsung selama 3-4 hari.
Kemudian pada fase kedua atau fase kritis, banyak sekali terjadi kesalahan dalam penanganan. Meskipun suhu tubuh kembali normal, nyatanya pembuluh darah akan mengalami kebocoran dengan efek munculnya tanda-tanda pendarahan pada kulit dan organ lainnya. Pendarahan juga bisa terjadi seperti mimisan atau pendarahan saluran cerna, dan bintik merah pada kuliat juga muncul pada fase ini.
3. Fase Penyembuhan Bukan Berarti Sembuh
Pada fase penyembuhan, akan terlihat beberapa gejala yang membaik seperti suhu tubuh kembali normal, denyut nadi menguat, pendarahan berhenti, serta terjadinya perbaikan fungsi tubuh lainnya. Akan tetapi hal tersebut jangan dianggap sembuh terlebih dahulu, tetap lakukan diagnosis dokter untuk memastikan apakah fase kritis benar-benar sudah dilewati.
- AXA Mandiri Resmikan Kantor dan Customer Care Centre Baru di Palembang
- Polisi Gelar Olah TKP Kasus Penganiayaan Wanita di Palembang, Korban Sebut Sudah Sering Dapat Ancaman Pelaku
- Tak Perlu Antre! Perpanjang SIM di Palembang Bisa Online Lewat Aplikasi SINAR