Warga Kelurahan Batu Kuning, Kecamatan Baturaja Barat, OKU mengeluhkan banyaknya angkutan batu bara yang melintas di jalan pemukiman.
- DPRD PALI Soroti Lalu Lintas Angkutan Truk Batu Bara Usai Kecelakaan Bus Rombongan Pengantin
- DPRD Muara Enim Dukung Langkah Bupati Wujudkan Kota Bebas Truk Batu Bara
- Anggota DPR RI Irma Suryani Desak Penertiban Truk Batu Bara di Jalan Umum
Baca Juga
Selain jumlahnya yang mencapai ratusan, keberadaan truk tersebut juga merusak kondisi jalan karena bobotnya yang melebihi kapasitas jalan.
Pantuan di lapangan, Jumat (7/6), puluhan truk muatan batu bara mengular di sepanjang jalan cor beton yang melintas area perkebunan PT Mina Ogan. Kendaraan-kendaraan tersebut informasinya akan menuju arah Prabumulih dan akan lewat melalui jalan tol untuk sampai ke tujuan di Provinsi Lampung.
Keresahan warga tambah menjadi lantaran beberapa truk yang melintas ada yang mengalami kecelakaan. Setidaknya, sudah ada dua truk batu bara yang terguling di kawasan tersebut. Sehingga membuat warga yang tinggal di daerah tersebut merasa terganggu dan geram dengan angkutan batu bara tersebut.
Angga (32), warga Baturaja, Kabupaten OKU, mengaku kesal dengan banyaknya angkutan batu bara yang melintas di jalur tersebut.
"Setahu saya mereka mulai melintas sejak kemarin malam. Entah mengapa mereka lewat jalan ini, biasanya lewat jalan lintas sumatera menuju Martapura," kata pria yang bekerja sebagai kurir ekspedisi.
Kekesalan serupa diungkapkan, Dedi (40), warga setempat. Sejak beberapa hari ini aktivitas warga menjadi terganggu akibat banyaknya angkutan batu bara yang melintas di jalan cor beton Batu Kuning.
"Ini sangat mengganggu. Kami takut membahayakan keselamatan warga yang melintas. Apa lagi ada truk yang terguling, lalu lalang kendaraan warga jadi terhambat," ungkapnya.
Dia berharap, pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan dan kepolisian dapat mengambil langkah tegas dan menyetop kendaraan batu bara melintas di jalan tersebut.
"Ini sudah jelas melanggar. Kemana peran dari Dinas Perhubungan? Harusnya mereka bisa tegas untuk mengatur lalu lintasnya bersama aparat kepolisian," tegasnya.
Informasinya, beralihnya lalu lintas truk batu bara tersebut disebabkan adanya perbaikan jembatan di kawasan Jalan Lintas Tengah tepatnya di Kabupaten Way Kanan, Lampung. Perbaikan jembatan tersebut menyebabkan truk bertonase besar dilarang untuk melintas. Sehingga, sebagian besar dari mereka memilih untuk melintas lewat jalan tol Lampung.
Seperti diungkapkan salah seorang sopir berinisial RM (40), warga Muara Enim. Dia mengatakan sudah kurang lebih satu minggu dirinya terpaksa menginap di perbatasan Martapura-Way Kanan akibat adanya perbaikan jembatan.
Meski ada jembatan alternatif yang dibangun, untuk melintasinya harus membayar biaya besar kepada oknum. Selain itu, truk untuk kapasitas 30 ton tidak diperbolehkan melintas. Beberapa sopir bahkan ada yang memaksakan bongkar muatan dan dipindahkan ke truk kecil maksimal 15 ton, untuk bisa melintas.
RM mengaku sudah hampir seminggu bermalam di sana, meskipun batu bara belum terkirim, kerugiannya soal konsumsi selama bermalam dan berkurangnya rit pengangkutan. "Daripada memakan biaya lagi, lebih baik kami bermalam saja disini," ucapnya.
Ditanya soal mengalihkan jalur menuju Tol Prabumulih, RM menilai bahwa ongkos angkut dan biaya operasi tidak sesuai. Hitungannya putar arah dan itu tidaklah dekat, sehingga pilihan terbaik adalah menetap dan memindahkan muatan.
"Tentu hal ini mengganggu aktivitas angkutan batu bara, harapannya bisa segera kembali normal, karena kami mau makan juga," pungkasnya. (*/tim)
- KPK Dalami Keterlibatan Pejabat Pemkab Lamteng di Kasus Suap Proyek di OKU
- Warga OKU Gelar Aksi Unjuk Rasa di Gedung KPK, Minta Kasus OTT Dinas PUPR Diusut Hingga Tuntas
- DPRD PALI Soroti Lalu Lintas Angkutan Truk Batu Bara Usai Kecelakaan Bus Rombongan Pengantin