Wajah Baru Kantor Gubernur Sumsel, Ornamen Tanjak Jadi Ciri Khas

Kondisi kantor Gubernur Sumsel yang telah selesai dilakukan rehabilitasi. (hummaidy kenny/rmolsumsel.id)
Kondisi kantor Gubernur Sumsel yang telah selesai dilakukan rehabilitasi. (hummaidy kenny/rmolsumsel.id)

Proyek rehabilitasi kantor Gubernur Sumsel rampung dikerjakan. Kantor yang diresmikan oleh Presiden pertama RI, Ir Soekarno, 3 November 1960 silam ini tampilannya cukup menonjol dengan tambahan ornamen tanjak pada sisi tengah bangunan.


Kantor Gubernur Sumsel dari tampak depan. (eko prasetyo/rmolsumsel.id)

Sementara di sisi kiri dan kanan, dibalut dengan cutting APC dengan motif beragam. Bagian teras bangunan di sisi tengah juga dibuat lebih lebar dari sebelumnya.

Kepala Biro Umum dan Perlengkapan Setda Provinsi Sumsel, Sandi Fahlevi melalui Kasubbag Pemeliharaan Gedung, Sarmedi mengatakan, ornamen tanjak dipilih untuk menampilkan ciri khas dan kebudayaan Sumsel. Hal ini juga selaras dengan Perda No 2 Tahun 2021 tentang arsitektur bangunan gedung berornamen jati diri budaya Sumsel.

“Konsep yang diusung kearifan lokal dengan mengedepankan ciri khas budaya Sumsel,” ujar Sarmedi saat dibincangi, Selasa (28/12).

Kantor Gubernur Sumsel dilengkapi dengan cutting apc bermotif. (hummaidy kenny/rmolsumsel.id)

Menurutnya, rehabilitasi tersebut tidak sampai mengganggu atau merubah struktur bangunan yang telah berusia 61 tahun tersebut. Sebab, sesuai dengan usianya, bangunan tersebut sudah termasuk kategori cagar budaya yang harus dilestarikan.

“Makanya untuk rehabilitasi ini tidak ada yang diubah. Tampilan visual hill dengan penambahan cutting APC juga hanya menempel saja. Tidak sampai merusak struktur bangunan,” katanya.

Proses rehabilitasi bangunan tersebut memakan waktu 150 hari kerja. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp12 miliar. Kegiatan rehabilitasi meliputi perbaikan tampilan depan gedung dan pembangunan musholla baru serta areal kantin yang ada di belakang gedung.

Selama pengerjaan, Sarmedi mengaku tidak ada kendala yang berarti. Hanya saja, pembangunan di ruang publik membuat proses pembangunan sering terhambat dengan aktivitas karyawan maupun masyarakat.

“Seperti saat ada aksi demonstrasi. Terpaksa pekerja berhenti dulu sampai aksi selesai,” tuturnya.

Pemeliharaan gedung juga menemui tantangan. Pasalnya, banyak bagian bangunan yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi yang ada saat ini. Seperti jalur pipa air yang ditanam di tiang ataupun struktur bangunan lainnya.

“Pipa airnya ini kan dari besi. Sehingga kerap menimbulkan korosi. Nah, inilah yang kadang harus kita awasi,” ungkapnya.

Dijelaskan Sarmedi, pihakny juga kerap melakukan pengecekan berkala terhadap seluruh bagian gedung utama. “Kami selalu rutin melakukan pengecekan untuk mengetahui kondisi bangunan,” tandasnya.