Hutan Kita Institute (HaKI) mencatat polusi udara di Palembang menjadi terparah di Indonesia sejak dua pekan terakhir.
- Truk Trailer Pengangkut Belt Conveyor di Muara Enim Jadi Penyebab Kecelakaan, PTBA Respons Begini
- Komplotan Maling di Palembang Bobol Rumah Warga, 3 Unit Handphone Lenyap Dibawa Kabur Pelaku
- Densus 88 Dalami Motif Perempuan yang Bawa Senpi ke Istana Negara
Baca Juga
Kondisi terparah ini tercatat pada pagi hari tepatnya 06.00 WIB berdasarkan pemantauan IQAir. Palembang (Sumsel) menjadi urutan pertama di Indonesia setelah Depok (Jawa Barat) dan Tanggerang (Banten).

"Jadi kualitas udara di Palembang ini melampaui ambang batas, sehingga menyebabkan kondisi udara yang sangat tidak sehat," kata Manager kampanye HaKI, Adiosyafri saat dihubungi RMOLSumsel, Jumat (15/9).
Memburuknya kualitas udara di Palembang ini disebabkan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang meluas dan tidak terkendali. Diantaranya di Ogan Komering Ilir (OKI) dan di Ogan Ilir (OI).
Akibatnya, asap dan debu terbawa oleh angin ke Palembang hingga menyebabkan buruknya kualitas udara di Palembang.
"Kondisi ini sudah sejak dua minggu terakhir tidak berubah selalu seperti itu terutama saat subuh menjelang pagi," terangnya.

Dia tidak dapat memastikan, apakah kondisi saat ini terparah dibandingkan tahun 2015 dan tahun 2019. Mengingat, saat ini puncak kemarau diprediksi hingga akhir Oktober mendatang. Namun, kondisi 2023 ini lebih parah dibandingkan tahun 2020 hingga 2022 lalu.
"Kami harap karena kondisi cuaca saat ini masuk El Nino (Kekeringan) sampai akhir Oktober, maka pembukaan lahan pertanian, ataupun perkebunan jangan coba-coba menggunakan api," ujarnya.
Dia juga meminta Aparah Penegak Hukum (APH) memberikan tindakan tegas sebagai efek jera sehingga kondisi karhutla tidak terulang kembali. Karena, saat ini hampir 60 persen karhutla di Sumsel terjadi di areal konsesi perkebunan.
Padahal, seharusnya pemilik konsesi perkebunan menjaga, mengamankan dan mencegah agar tidak ada api di dalamnya.
Sementara itu, Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto membenarkan jika terjadi peningkatan karhulta dalam tiga hari terakhir yang kualitas udara menurun terutama di Palembang.
Bahkan pihaknya juga memanggil tim gabungan dari Jambi yang difokuskan untuk memadamkan api yang di dominasi lahan gambut. "Memang terjadi peningkatan di Kabupaten OKI dan OI. Kita saat ini sedang berusaha maksimal memadamkan api bahkan kita juga mengerahkan tim gabungan dari Jambi," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya cukup kesulitan dalam upaya pemadaman lahan gambut di Kabupaten OKI. Hal itu lantaran, upaya pemadaman hanya bisa dilakukan dari jalur darat.
"Kalau gambut itu sangat sulit dipadamkan karena bekas tumbuhan yang berlapis dan dalam, hanya bisa lewat jalur darat karena watter bombing itu sifatnya hanya membantu. Berbeda dengan di OI karena lahan yang terbakar itu lahan mineral, hanya saja karena derasnya angin jadi kebakaran cepat meluas," pungkasnya.
- 10 Hektar Lahan Gambut Terbakar, Polda Sumsel Kirim Personil BKO ke OKI Padamkan Api
- [Laporan Khusus] Catatan Akhir Tahun 2023, Lemahnya Sistem Pencegahan dan Sanksi Bagi Korporasi Penyebab Karhutla
- Mahasiswa Bergerak, Tuntut Tanggung Jawab Pencegahan dan Penanganan Karhutla di Sumsel