Babirusa merupakan spesies hewan langka yang hidup di sekitar pulau Sulawesi. Keberadaan hewan dengan nama latin Babyrousa babyrussa Linnaeus ini mulai terancam punah. Namun, beberapa waktu lalu, BKSDA berhasil merekam keberadaan hewan langka ini melalui kamera jebak di kawasan Suaka Alam Masbait Pulau Buru Maluku.
- Suaka Margasatwa Padang Sugihan Butuh Pembangunan Dermaga Kapal
- Jaga Keanekaragaman Hayati, Kilang Pertamina Plaju Dukung Pelestarian Gajah Sumatera di PLG Jalur 21
- 50 Ribu Bibit Purun Dukung Konservasi Gambut Desa Pulau Geronggang
Baca Juga
Ini merupakan bukti pertama penemuan atas survei intensif yang dilakukan sejak tahun 1995. Jejak hewan langka ini pertama kali ditemukan 1997. Namun, hanya ditemukan tengkorak babirusa dari seorang pemburu di sekitar Gunung Kapalat Muda Pulau Buru. Sehingga terkonfirmasi bahwa Pulau Buru sebagai salah satu habitat babirusa.

Kepala BKSDA Maluku, Danny H Pattipeilohy menyatakan akan meningkatkan patroli pengamanan dan penyadartahuan masyarakat serta survei pakan/habitat. Selain itu, rencananya akan dilaksanakan juga survei monitoring dengan pasang kamera trap di habitat babirusa lainnya seperti di Pulau Mangole dan Pulau Taliabu.
“Kami akan meningkatkan kembali patroli rutin. Sehingga, keberadaan hewan ini tetap terjaga,” kata Danny dalam keterangan persnya, Jumat (16/7).
Menurutnya, BKSDA Maluku telah melakukan survei intensif lanjutan di 2011 sampai 2013. Hanya saja, survei yang dilakukan belum membuahkan bukti perjumpaan secara langsung. Sehingga keberadaan babirusa di Pulau Buru masih dianggap sebagai mitos.

“Lalu, November 2019, tengkorak dan tulang belulang di kawasan Suaka Alam Masbait kembali ditemukan. Sehingga, kami kembali melakukan pencarian bukti,” terangnya.
Upaya tersebut mendapat dukungan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati – Ditjen KSDAE melalui project EPASS (Enhancing the Protected Area System in Sulawesi for Biodiversity Conservation) Tahun 2020. Melalui hibah peralatan survei berupa 20 buah kamera jebak dan 1 buah GPS kepada BKSDA Maluku.

“Dari 10 kamera jebak hanya satu kamera yang tidak merekam keberadaan babirusa. Kamera jebak ini dipasang sejak April-Juni 2021 di 7 lokasi yang merupakan area lintasan satwa yaitu pada eral berkubang atau bermain satwa, saltlicks (tempat menggaram) ataupun mencari pakan,” pungkasnya.
Babirusa sendiri merupakan jenis babi liar yang hidup di hutan tropis. Babi liar ini memiliki ciri khas yang unik. Yakni memiliki dua taring besar yang menembus kulit moncongnya. Keberadaan hewan ini kian langka seiring perkembangan zaman. Sehingga, masyarakat di sekitar habitat menganggap hewan ini hanya sekedar mitos belaka karena tidak pernah ditemukan rekam jejak kehidupannya.
- Gugatan KLHK Dikabulkan, PN Surabaya Hukum PT SS Bayar Rp48 Miliar Akibat Pencemaran Lingkungan
- Ratusan Aktivis Lingkungan Sambangi Gedung KLHK, Tuntut Cabut Izin Usaha PT Gorby Putra Utama
- Demi Proper Biru, RMK Energy (RMKE) Korbankan Anak Usahanya TBBE yang Raih Proper Merah