Sekitar 250 paus pilot mati setelah mereka terdampar massal di sebuah Pulau Chatham, Selandia Baru pada Jumat (7/10). Akan tetapi, insiden kali ini telah memaksa paus yang masih hidup di-eutanasia akibat situasi yang tidak memungkinkan.
- Kantor Kedubes Libya di Khartoum Jadi Sasaran Penyerangan dan Penjarahan
- Penculikan Lima Warga Bayung Lencir Berhasil Digagalkan, Satu Pelaku Tewas Ditembak
- Izin Konsesi Hindoli dan Mitra Ogan Dievaluasi, Enam Perusahaan Lain Dicabut
Baca Juga
Seperti dimuat MSN News pada Sabtu (8/10), paus yang hidup dibuat tidur oleh tim terlatih dan telah didiamkan hingga tewas di pinggir laut, untuk mencegah penderitaan yang lebih lanjut bagi paus-paus tersebut.
“Kami tidak secara aktif mengapungkan paus di Kepulauan Chatham karena risiko serangan hiu terhadap manusia dan paus itu sendiri," kata departemen konservasi Selandia Baru dalam sebuah pernyataan.
Kini ratusan paus pilot yang terdampar sekarang sudah mati dan tubuh mereka akan dibiarkan membusuk secara alami di lokasi.
"Kepulauan Chatham adalah tempat yang sulit untuk dijamah. (Pulau ini) dikenal dengan hiu putih, pantai yang tidak dapat diakses, dan populasi yang kurang dari 800 orang. Itu bukan pilihan (baik)," kata LSM penyelamat mamalia laut, Johan Project.
Kepulauan Chatham ini sering menjadi lokasi kematian dari para paus yang terdampar. Pada tahun 1918 lalu, peristiwa terbesar seperti itu tercatat dengan sekitar 1.000 paus pilot terbunuh. Sementara pada 2018, telah tercatat 51 paus pilot tewas setelah terdampar di Teluk Hanson.
Sementara itu lebih dari dua minggu yang lalu, hampir 200 paus mati di sebuah pantai di bagian barat Tasmania yang terpencil di Australia. Namun layanan satwa liar negara bagian berhasil mengapungkan kembali 44 mamalia.
- Kapal Angkatan Laut Selandia Baru Tenggelam dan Terbakar di Samoa
- Selandia Baru Desak China dan Kepulauan Soloman Buka Isi Pakta Kepolisian
- Selandia Baru Tawarkan Bantuan untuk Cari Kapten Philip, Panglima TNI: Saya Masih Mampu Menyelesaikan