Tak Hanya Sindi, Anaknya juga Ditemukan dalam Kondisi Memprihatinkan, Rambut Penuh Kutu dan Terus Ketakutan

Ayah korban Sutrano didampingi anak lelakinya Purwanto ketika diwawancarai awak media.  (denny pratama/rmolsumsel.id)
Ayah korban Sutrano didampingi anak lelakinya Purwanto ketika diwawancarai awak media. (denny pratama/rmolsumsel.id)

Dugaan penyekapan dan penelantaran yang menimpa Sindi Purnama Sari (24), seorang ibu rumah tangga di Palembang ternyata juga dialami anaknya berinisial AS. 


Bocah tiga tahun hasil pernikahan Sindi dan WS (25) tersebut ditemukan dalam kondisi memprihatinkan dengan rambut yang penuh kutu serta penuh ketakutan. 

"Dia trauma dan takut. Rambutnya juga penuh kutu dan tidak terurus," kata Purwanto (32), kakak kandung Sindi, saat dibincangi, Selasa (28/1/2025). 

Purwanto menuturkan, AL pun kesulitan saat diajak komunikasi. Dia kerap ketakuran ketika bertemu orang yang baru dikenalnya. Tak hanya itu, AL pun berulang kali hanya mengucapkan kata Hantu dan Abi. 

Purwanto menduga, kata hantu tersebut merupakan panggilan untuk Sindi yang diajarkan oleh WS sendiri. "Kami curiga karena hanya kata-kata itu yang bisa disebutkan oleh keponakan kami," ungkapnya. 

Tadinya, AL sempat ingin dirawat oleh keluarga WS. Namun, melihat kondisi Sindi maupun AL yang tak terurus, akhirnya keluarganya menolaknya. Mereka lantas membawa AL ke rumah untuk diurus. 

Saat ini, kondisi AL pun menurutnya masih terlihat murung dan enggan berbicara.

"Kalau main masih, hanya lebih banyak diam sekarang. AL kami rawat dan masih dalam tahap pemulihan," jelasnya.

Sebelumnya, seorang ibu rumah tangga (IRT) berinisial Sindi Purnama Sari (25) diduga disekap oleh suaminya berinisial WS (26) hingga akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Hermina Jakabaring.

Peristiwa penyekapan ini terkuak setelah adanya laporan kakak kandung korban Purwanto (32) warga Jalan Mataram Ujung, Kelurahan Kemas Rindo, Kecamatan Kertapati, Palemhang.

Laporan itu dibuat oleh Purwanto di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Palembang, Rabu (25/1) sekitar pukul 23. 00 WIB.

Purwanto menceritakan, kejadiannya terjadi di Jalan Abi Kusno, Kelurahan Kemang Agung, Kecamatan Kecamatan Kertapati, Palembang tepatnya di rumah korban dan terlapor.

Kemudian, pada Selasa (21/1) sekitar pukul 18.00 WIB dia mendapatkan telepon dari terlapor WS yang meminta datang ke rumah.

"Awal kami ditelepon oleh terlapor dan disuruh olehnya untuk datang ke rumah karena dalam keadaan darurat," ungkap Purwanto ketika diwawancarai awak media di rumahnya, Senin (27/1) siang.

Masih dikatakan oleh Purwanto, setiba dia di rumah adiknya Sindi, ia mendapati rumah tersebut sudah dipadati oleh warga sekitar yang berkata adiknya seperti mayat hidup dan berbau tidak sedap.

"Karena ramai saya pun dan keluarga panik. Kami langsung masuk ke dalam rumah," ungkapnya.

Sambung Purwanto, setelah di dalam kamar melihat kondisi saudaranya, dengan rambut gimbal banyak kutu, badan kurus tinggal tulang membuat keluarga langsung membawanya ke RS Hermina.

"Dibawa langsung ke RS Hermina dalam keadaan kritis, korban pun meninggal dunia pada Kamis (23/1), sekitar 12.30, siang," ungkapnya.

Ironisnya, setelah melaporkan peristiwa ini ke Polrestabes Palembang, ternyata terlapor pun sempat diamankan 1 x 24 jam.

" Sempat diamankan pak atas laporan kami, tetapi setelah 1x24 terlapor ini bebas, katanya alat bukti tidak cukup," ungkap Purwanto.

Dirinya berharap atas meninggal sang adik, pihak kepolisian dalam segera mengungkap tabir ini.

"Kalau kami pihak keluarga berharap terlapor ini diadili pak. Karena sudah melakukan penelantaran hingga korban meninggal dunia. Apalagi sudah di sekap di kamar," harapnya sambil mengatakan dihukum setimpal.