Survei LSI: Dua Kandidat dengan Elektabilitas Tertinggi Bersaing di Pilkada Palembang

Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan PhD/Foto: Dudi Oskandar
Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan PhD/Foto: Dudi Oskandar

Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terbaru mengenai elektabilitas calon Wali Kota Palembang untuk Pilkada yang akan digelar pada 27 November 2024 mendatang. 


Hasil survei menunjukkan Ratu Dewa dan Fitrianti Agustinda sebagai dua calon dengan elektabilitas tertinggi.

Survei yang dilaksanakan pada 2-10 Juli 2024 ini melibatkan 800 responden dari berbagai demografi di Kota Palembang. Margin of error survei ini sekitar 3,5 persen. 

Menurut Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan PhD, dua kandidat Ratu Dewa dan Fitrianti Agustinda sama-sama memiliki dukungan yang kuat, namun Ratu Dewa memiliki keunggulan elektabilitas yang cukup besar, berkisar antara 20 hingga 40 persen, tergantung simulasi.

"Hasilnya pada bulan Juli ini kita menemukan bahwa ada dua nama calon walikota yang unggul cukup signifikan dari nama-nama lainnya. Dua nama itu adalah Ratu Dewa dan Fitrianti Agustinda, dan kebetulan kedua-duanya menjabat di pemerintahan," kata Djayadi kepada awal media, Rabu (17/7).

Lebih lanjut dia mengatakan, dalam simulasi pasangan calon Ratu Dewa dipasangkan dengan Prima Salam tetap menunjukkan keunggulan dengan elektabilitas sekitar 60 persen, sementara pasangan Fitrianti Agustinda hanya mencapai sekitar 20 persen. 

"Hal ini menunjukkan bahwa pasangan calon yang dipilih juga berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas calon utama," jelasnya.

Prima Salam dinilai oleh masyarakat sebagai calon Wakil Wali Kota yang paling cocok, dengan elektabilitas 26,6 persen, Yudha Pratomo 17,9 persen, dan Akbar Alfaro 12,6 persen. 

Kemudian, M Hidayat 5,5 persen, Basyaruddin Akhmad 4,4 persen, Charma Afrianto 3,6 persen, Syaiful Fadli 2,7 persen, Andi Asmara 1,7 persen, Rasyid Rajasa 1,6 persen, Giri Ramanda 1,0 persen, Aidil Kalingi 0,9 persen, dan Syafran Syaropi 0,4 persen.

"Semenatara yang tidak menjawab atau belum menentukan pilihan ada 27,1 persen," jelasnya.

Djayadi menegaskan bahwa pasangan calon haruslah kombinasi yang tidak menurunkan tingkat elektabilitas calon Wali Kota. Pertarungan pemilihan ini kemungkinan besar akan melibatkan siapa yang menjadi Wakil Wali Kota dari kedua calon utama tersebut.

"Keunggulan Ratu Dewa melalui simulasi pasangan menunjukkan bahwa pasangan calon memegang peran penting. Yang menarik nantinya adalah perebutan posisi Wakil Wali Kota," pungkasnya.