Dunia sepak bola kembali berduka. Kurang sepekan dari tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10), insiden berdarah serupa terjadi di Argentina pada Kamis malam (6/10) waktu setempat.
- Berkas 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan Malang Diserahkan ke Kejati Jatim
- Indonesia Tidak Masuk Pertimbangan Tuan Rumah Piala Asia 2023
- Mahfud MD: Tragedi Kanjuruhan Lebih Menyeramkan dari yang Beredar di Medsos
Baca Juga
Bentrokan antara polisi dan suporter terjadi di Stadion Juan Carmelo Zerillo, La Plata diwarnai oleh tembakan peluru karet dan gas air mata. Sejauh ini insiden tersebut telah menelan satu korban jiwa.
Kerusuhan terjadi hanya sembilan menit laga antara Gimnasia vs Boca Juniors dimulai. Ketika itu, para suporter merangsek masuk ke stadion yang sudah penuh, yang dibalas oleh tembakan peluru karet dan gas air mata oleh polisi. Kemudian wasit Hernan Mastrangelo menghentikan pertandingan.
Para pemain lalu diamankan ke ruang ganti, sementara banyak penonton berusaha melepaskan diri dari gas air mata dengan membanjiri lapangan.
"Sayangnya ada satu orang yang meninggal. Dia meninggal karena masalah jantung," kata Menteri Keamanan Provinsi, Sergio Berni, seperti dikutip The Washington Post.
Peristiwa berdarah ini terjadi hanya beberapa hari setelah tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan, Malang setelah pertandingan antara Arema vs Persebaya. Setelah Arema kalah dengan skor 2-3, suporter Singo Edan memasuki lapangan yang dibalas dengan tembakan gas air mata dari polisi.
Sebanyak 131 orang meninggal dunia, banyak di antaranya kelelahan dan terinjak-injak ketika berusaha keluar dari stadion.
- PSSI Tegaskan Drawing Liga 4 Harus Diulang
- Polisi Harus Telusuri Korban Lain Dokter Priguna
- Indonesia Naik ke Ranking 123 FIFA, Posisi Terbaik dalam 15 Tahun Terakhir