Rumah Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa digeruduk ribuan pengunjuk rasa pada Sabtu (9/7/2022).
- Gelar Apel Pengamanan Pemilu, Pangdam II/Swj Yakinkan Penyelenggaraan Pemilu di Sumbagsel Aman
- Mahfud MD: Tragedi Kanjuruhan Lebih Menyeramkan dari yang Beredar di Medsos
- Satu dari Dua Pelaku Penusukan Massal di Kanada Ditemukan Tewas, Diduga Dibunuh Saudaranya
Baca Juga
Massa mengeruduk rumah Rajapaksa karena dianggap gagal dalam memimpin negara dan memintanya untuk mengundurkan dari jabatannya.
Ketegangan ini sudah terjadi selama beberapa minggu. Konfrontasi terjadi antara individu, anggota kepolisian dan angkatan bersenjata karena masyarakat yang mulai putus asa untuk mengantri bahan bakar selama berjam-jam bahkan berhari-hari.
Kekurangan pasokan minyak memaksa sekolah dan kantor ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Dikutip dari Kantor Pemberitaan RMOL.id yang dilansir dari Lanka Daily Mirror, beberapa kali aparat keamanan menembakan gas air mata yang ditujukan untuk mengusir para pengunjuk rasa.
Untuk menghindari situasi yang chaos ini, polisi akan memberlakukan jam malam mulai pukul 21.00 waktu setempat, dan menyarankan untuk pengguna jalan agar menggunakan rute alternatif lain.
Diketahui, Sri Lanka sudah lama menderita krisis ekonomi, kondisi ini semakin diperparah sejak gelombang Covid-19 terus muncul.
Berkurangnya produksi pertanian dalam negeri, kurangnya cadangan devisa, melonjaknya biaya bahan bakar dan penyusutan nilai mata uang lokal telah memicu krisis tersebut.
Krisis ekonomi ini akan mendorong banyaknya keluarga yang akan masuk ke dalam jurang kemiskinan dan kelaparan.
- Belanda akan Kembalikan Harta Karun Lombok ke Indonesia
- Jebakan Utang China Mulai Sasar Negara Afrika, Kenya Diprediksi Bakal Bernasib Seperti Sri Lanka
- Kelompok HAM Ajukan Tuntutan Pidana di Singapura, Minta Gotabaya Rajapaksa Ditangkap