Rumah Makan di Muba Gunakan Pelepah Pinang untuk Wadah Makanan

Rumah Makan skyseafoodlover mulai mengemas makanan mereka dengan pelepah pisang. (humas pemkab muba/rmolsumsel.id)   
Rumah Makan skyseafoodlover mulai mengemas makanan mereka dengan pelepah pisang. (humas pemkab muba/rmolsumsel.id)  

Rumah makan di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) mulai beralih menggunakan pelepah pinang menggantikan plastik dan styrofoam untuk wadah makanan.  


Salah satunya RM Skyseafoodlover di Kota Sekayu yang merupakan gerai makanan laut dan aneka pindang. Rumah makan yang berlokasi di samping Polsek Sekayu ini berkomitmen mengurangi plastik untuk wadah makanan dan memakai pelepah pinang.

“Yang jelas kalau pakai pelepah pinang lebih ramah lingkungan dan harganya lebih murah dibandingkan plastik atau styrofoam,” ujar Owner RM skyseafoodlover, Ratna, Sabtu (12/6).

Bupati Muba, Dodi Reza Alex mengapresiasi UMKM khususnya di bidang kuliner yang mulai beralih menggunakan wadah makanan ramah lingkungan seperti pelepah pinang.

“Saya berharap secara bertahap semua rumah makan dan usaha kuliner di Muba nantinya mulai memanfaatkan pelepah pinang untuk kebutuhan penjualan makanan sebagai pengganti plastik dan styrofoam,” ucap Dodi.

Dodi menyampaikan, inovasi piring atau wadah makanan dari pelepah pinang ini merupakan upaya konkret pengentasan kemiskinan warga pedesaan yang ada di Muba.

“Untuk itulah ini harus didukung total. Dengan inovasi-inovasi seperti ini dapat menambah penghasilan warga Muba serta mengangkat nama daerah kita,” ujarnya.

Hasil olahan pelepah pinang ini merupakan inisiatif warga Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir, yang telah mengolah bahan limbah ramah lingkungan berupa pelepah pinang menjadi piring dan kotak makanan.

Ketua Kelompok Koperasi Mendis Maju Bersama, Supriyanto mengatakan, pelepah pinang ini dapat dijadikan pengganti wadah penyimpan makanan yang kurang ramah lingkungan seperti plastik dan styrofoam.

“Sebelumnya pelepah pinang ini dibuang begitu saja. Kalaupun digunakan hanya dijadikan penutup tempayan saja. Tapi kini muncul kreasi baru dari warga,” katanya.

Menurut Supriyanto, warga yang bermukim di kawasan hidrologis gambut Sungai Merang ini kini telah menjual hasil kerajinan tangan tersebut kepada para wisatawan. Bahkan belum lama ini, mereka mendapatkan pesanan sebanyak 2.500 kotak nasi dari restoran di Jakarta.