PWNU Sumsel Gandeng Bank SumselBabel Kembangkan Ekonomi Syariah Pesantren

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Selatan periode 2025–2030 menggandeng Bank SumselBabel untuk mendorong pengembangan ekonomi syariah berbasis pondok pesantren. 


Kerja sama strategis tersebut akan ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) saat pelantikan pengurus baru yang dijadwalkan berlangsung pada Juni 2025 dan akan dihadiri langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.

Rois Syuriah PWNU Sumsel, KH Mal’an Abdullah, mengatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari komitmen organisasi untuk memberdayakan potensi ekonomi umat melalui pendekatan keagamaan dan kelembagaan pesantren.

“Sumatera Selatan memiliki banyak pondok pesantren besar. Kita ingin agar pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan, tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi berbasis syariah,” ujarnya usai rapat perdana kepengurusan baru yang digelar di Kantor PWNU Sumsel, Selasa (22/4/2025).

Menurutnya, kerja sama dengan Bank SumselBabel akan difokuskan pada penguatan kapasitas kelembagaan pesantren dalam pengelolaan keuangan syariah, pengembangan usaha mikro berbasis pesantren, serta pelatihan kewirausahaan untuk santri.

Ketua PWNU Sumsel, KH Hendra Zainuddin Al Qodiri, menambahkan bahwa kolaborasi ini adalah bagian dari visi besar PWNU menjadikan pesantren sebagai pilar penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat.

“PWNU Sumsel akan menjadi rumah besar umat yang mampu menjawab persoalan nyata, termasuk dalam hal ekonomi. Kita ingin pesantren-pesantren di Sumsel memiliki peran aktif dalam pengembangan ekonomi umat yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah,” katanya.

Selain sektor ekonomi, PWNU Sumsel periode 2025–2030 juga menaruh perhatian terhadap isu sosial dan kebencanaan. Mereka akan menggerakkan badan otonom seperti GP Ansor untuk bersinergi dengan instansi terkait, seperti Korem Garuda Dempo dan BPBD Sumsel, dalam membangun sistem tanggap bencana yang lebih baik.

Pelantikan kepengurusan PWNU Sumsel masa khidmat 2025–2030 akan menjadi momentum konsolidasi sekaligus ajang memperkenalkan arah baru organisasi yang lebih inklusif dan proaktif. Selain tokoh-tokoh nasional, kegiatan tersebut juga akan dihadiri oleh perwakilan berbagai elemen masyarakat.

“NU bukan partai politik, tetapi organisasi yang berperan besar dalam membangun peradaban. Melalui penguatan pesantren dan kolaborasi strategis, kami ingin NU hadir lebih nyata di tengah masyarakat,” tutup KH Mal’an Abdullah.