Pohon Natal dari Limbah Plastik, Wujud Peduli Lingkungan di Gereja Katedral Santa Maria 

Pohon Natal yang terbuat dari limbah plastik menghiasi Gereja Katedral Santa Maria Palembang/Foto: Denny Pratama
Pohon Natal yang terbuat dari limbah plastik menghiasi Gereja Katedral Santa Maria Palembang/Foto: Denny Pratama

Pada Hari Raya Natal 2024 ini, Gereja Katedral Santa Maria Kota Palembang menampilkan pohon Natal yang berbeda dari biasanya. 


Setinggi lima meter, pohon Natal ini terbuat dari limbah botol plastik air mineral. Bukan hanya sekadar hiasan, pohon Natal yang unik ini mengandung pesan mendalam tentang kebersamaan dan kepedulian terhadap lingkungan.

Pembuatan pohon Natal ini melibatkan 10 anggota Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Katedral Santa Maria. Mereka bekerja bersama selama hampir satu bulan untuk merangkai botol-botol plastik yang biasa digunakan oleh umat Kristiani saat beribadah. 

Sebagian botol dicat hijau, sementara sebagian lainnya disusun begitu saja, membentuk pohon cemara dengan motif melingkar dari atas ke bawah.

Fredo, salah satu anggota OMK yang terlibat dalam pembuatan pohon Natal ini, menjelaskan inisiatif ini muncul setelah mereka melihat tumpukan botol plastik yang sering tertinggal setelah ibadah. 

"Kami ingin mengurangi sampah plastik yang sulit terurai dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat, sekaligus mengingatkan umat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar," ujar Fredo.

Pohon Natal tersebut kini semakin meriah dengan instalasi lampu warna-warni yang menghiasi setiap sisi pohon, serta bintang yang terpasang di puncaknya. Fredo mengatakan bintang ini melambangkan keagungan Yesus Kristus sebagai sang juru penyelamat. Pohon Natal ini akan dipajang di halaman depan gereja hingga pertengahan Januari 2025.

Selain memberikan pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan, pembuatan pohon Natal ini juga memperkuat kebersamaan antaranggota OMK. 

Proses yang memakan waktu sebulan itu telah mempererat ikatan mereka dan menumbuhkan rasa kekompakan. Fredo pun menegaskan pentingnya kebersamaan di tengah zaman yang cenderung mengarah pada individualisme. 

"Kita diajak untuk menjaga hubungan baik dengan sesama dan menghayati kehadiran Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Meski dunia semakin berkembang, kebersamaan tetaplah kunci untuk menjalani hidup dengan penuh kasih," tutup Fredo.