Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memprakirakan potensi pertumbuhan awan cumulonimbus (CB) di wilayah udara Indonesia, dengan cakupan spasial maksimum selama sepekan kedepan.
- Sesar Citarik Diduga Picu Gempa M 4,1 di Bogor, Begini Penjelasan BMKG
- PLN Palembang Tanggapi Cepat Gangguan Listrik Akibat Cuaca Ekstrem
- BMKG Prediksi Kemarau di Sumsel Bertahap Mulai Mei, Masyarakat Diminta Antisipasi Dampak Peralihan Musim
Baca Juga
Hal ini tentunya berdampak kepada kondisi cuaca yang ekstrem di Indonesia khususnya di Sumsel. Berdasarkan prakiraan, Sumsel bakal mengalami curah hujan dengan intensitas sedang-hingga deras. Bahkan, disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang selama sepekan.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan sejak 29 September 2022 yang lalu, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca untuk periode sepekan mulai tanggal 2 hingga 8 Oktober 2022, dan dilanjutkan dengan rilis potensi cuaca ekstrem lanjutan untuk periode 9-15 Oktober 2022.
"Potensi cuaca ekstrem masih tersebut masih dapat terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, karena kondisi atmosfer di wilayah Indonesia masih cukup kompleks dan dinamis untuk sepekan kedepan, yang dipengaruhi oleh fenomena atmosfer global, regional ataupun lokal," tulisnya dalam keterangan resmi, Jumat kemarin (14/10).
Hasil analisis dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya Siklon Tropis SONCA di sekitar Laut China Selatan sebelah timur Vietnam, tepatnya di sekitar 14.2°LU 111.4°BT dengan kecepatan angin maksimum di sekitar sistem mencapai 35 knots (64 km/h) dan tekanan udara minimum di pusatnya mencapai 998 mb.
Siklon Tropis SONCA ini bergerak ke arah barat-barat laut dengan kecepatan 6 knots (10 km/h) memasuki daratan Vietnam. Keberadaan sistem TC SONCA ini membentuk pola belokan dan perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktifitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian utara ekuator.
Ada sekitar 24 provinsi yang masih akan dilanda cuaca ekstrem. Mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampungm Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.
"Dampak tidak langsung yang terjadi dari adanya sistem bibit siklon tersebut adalah potensi hujan Sedang-Lebat yang disertai kilat/petir/angin kencang di wilayah Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat dengan potensi gelombang tinggi di wilayah perairan utara Indonesia,” ujarnya.
Karena itu, pihaknya merekomendasikan beberapa antisipasi dan mitigasi yang perlu dilakukan baik oleh stakeholder maupun masyarakat, antara lain; Pemerintah daerah wilayah terdampak perlu segera melakukan antisipasi dan mitigasi di area yang rentan terjadi bencana seperti banjir, banjir bandang, hujan es, genangan tinggi, longsor, angin kencang, putting beliung, gelombang tinggi, dan lain sebagainya ; Memastikan tata saluran air beroperasi lancar tidak terjadi sumbatan-sumbatan, mengoptimalkan tampungan/ tandon air ataupun melakukan upaya untuk memanen air hujan secara optimal. Pemangkasan pohon atau ranting/ cabang2 pohon yang sudah rapuh. Memperkuat tegakan/ tiang2/ tembok yang mudah tumbang/ roboh.
"Segera menghindar dari lokasi rawan banjir atau banjir bandang (di bantaran, lembah dan tubuh sungai ), lokasi rawan longsor pada lereng/ tebing atau kaki lereng, ataupun lokasi rawan bencana hidrometeorologi lainnya (dapat dicek dari Aplikasi InaRisk), saat peringatan dini disampaikan atau saat cuaca ekstreem terjadi," pungkasnya.
- Sesar Citarik Diduga Picu Gempa M 4,1 di Bogor, Begini Penjelasan BMKG
- PLN Palembang Tanggapi Cepat Gangguan Listrik Akibat Cuaca Ekstrem
- BMKG Prediksi Kemarau di Sumsel Bertahap Mulai Mei, Masyarakat Diminta Antisipasi Dampak Peralihan Musim