Permintaan maaf dari cendekiawan muslim, Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun sebatas ranah sopan santun dalam budaya Indonesia. Akan tetapi, tidak menghilangkan substansi kritikan soal Joko Widodo yang mirip penguasa Mesir, Fir'aun.
- 10 Alasan Mahfud MD untuk Mundur Sebagai Menko Polhukam
- Muktamar XVIII, Dzulfikar Ahmad Towalla Terpilih Sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah
- Beredar Dugaan Peta Aliran Korupsi BTS Kominfo, Ada "Hidden Actor"
Baca Juga
Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, kritik yang disampaikan Cak Nun secara terbuka merupakan kritik yang asli.
"Cak Nun tidak sedang 'kesambet' saat berbicara. Saya cermati, itu dilakukan secara sadar dan meyakinkan karena Cak Nun yakin kritiknya itu benar secara empirik," ujar Ubedilah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (19/1).
Permintaan maaf Cak Nun, kata Ubedilah, sebatas menjalankan sopan santun dalam budaya Indonesia. Akan tetapi, permintaan maaf itu tidak menghilangkan substansi kritik yang disampaikan.
"Tentang Cak Nun minta maaf, itu ranah sopan santun dalam budaya kita. Tetapi tidak menghilangkan substansi kritiknya. Bahwa kritik Cak Nun benar realitasnya secara empirik," pungkas Ubedilah.
- Bantah Suara Anjlok, PAN Klaim Dapat 7 Kursi di DPRD Sumsel
- Puan Jamin Sebelum Reses Surpres Panglima TNI Sudah di Tangan DPR
- Airlangga Dorong Integrasi Sistem Digitalisasi Kepelabuhanan secara Real Time