Perancang Busana di Palembang Sulap Kain Tenun dan Songket Jadi Kemeja hingga Jaket Pria

 perancang busana asal Palembang sekaligus pemilik Brand Ilham Bahari yakni Muhammad Bilal saat menunjukan pakaian kemeja dari songket. (Denny Pratama/RMOLSumsel.id)
perancang busana asal Palembang sekaligus pemilik Brand Ilham Bahari yakni Muhammad Bilal saat menunjukan pakaian kemeja dari songket. (Denny Pratama/RMOLSumsel.id)

Kain tenun dan songket biasanya identik dengan bawahan yang digunakan oleh perempuan untuk menghadiri acara resmi bahkan hanya untuk dipajang sebagai tapestri.


Namun, berkat tangan dingin dari perancang busana asal Palembang sekaligus pemilik Brand Ilham Bahari yakni Muhammad Bilal, kain songket dan tenun diubah menjadi kemeja bahkan jaket untuk pria yang menawan.

"Produk kita banyak, ada baju cowok, kemeja, blazer, longkut dan lainnya. Semua yang kita buat, yang orang kalau cowok jarang dipakai, namun bisa bagus,” kata Bilal saat diwawancarai, Jumat (14/6).

Bilal menceritakan mulanya brand Ilham Bahari bergerak di bidang tenun songket asli Palembang yang menjual barang kualitas A. Setelah melihat adanya pangsa baru, akhirnya berubah menjadi songket gunting-menggunting.

“Di Palembang masih jarang, orang kalau songket cenderung untuk kawinan, cowok tidak tersentuh sama sekali. Jadi kita mencoba memasuki pangsa itu, dengan harapan bisa menggantikan posisi batik. Tidak lagi pakai batik, pakai tenun songket,” ungkap Bilal.

Ia mengungkapkan, awalnya menjadikan kain songket atau tenun menjadi pakaian bukanlah perkara yang mudah. Sebab, dia harus menyatukan antara perajin tenun, penjahit dan dirinya selaku desainer pakaian.

“Susah kita merubah paradigma antara saya, tukang tenun, tukang jahit, lama prosesnya hampir satu tahun. Salah ulang lagi, salah ulang lagi, hingga sampai polanya seperti ini,” tegas dia

Bilal menjelaskan, di Palembang satu helai pakaian dibanderol mulai dari harga Rp 900.000 hingga Rp2,5 juta. Namun berbeda di daerah Jakarta, pakaian yang didesainnya bisa mencapai Rp 3 juta sampai Rp 5 juta.

“Paling murah Rp 900 ribu, kemeja dengan tenun tanpa benang emas dijahit biasa. Kalau bahan kita upgrade bisa Rp 1 juta, 1,5 juta, ada yang Rp 2,5 juta itu kalau di Palembang. Sedangkan di Jakarta bisa capai Rp 3 juta, Rp 4 juta, ada juga yang Rp 5 juta,” tambah Bilal.

Dia menjelaskan dalam kurun satu bulan, brand Ilham mampu mengeluar 30 hingga 40 pcs pakaian semua model, sedangkan bahan kain tenun sekitar 100 meter.

Meski sudah menjadi brand ternama, Bilal mengaku sempat mengalami penurunan omzet saat wabah virus Covid 19 menyerang Indonesia. Beruntung saat itu dia dirangkul oleh PT Pertamina hingga kembali berjaya seperti saat in.

“Awalnya toko ini satu, lalu dipecah dua. Dua bulan kemudian Covid-19, omset pun jatuh sampai 75 persen. Seminggu hanya laku satu pcs. Merasa sangat terbantu dengan Pertamina, barang saya dibeli oleh pertamina, dikasih brand,” pungkasnya.