Peran Penting Sektor Pertanian dalam Ekonomi Hijau untuk Membangkitkan Perekonomian Sumsel

Ilustrasi pertanian. (ist/rmolsumsel.id)
Ilustrasi pertanian. (ist/rmolsumsel.id)

Pengembangan ekonomi hijau di Sumsel akan bergantung pada sektor pertanian. Selain membangun ekonomi masyarakat, sektor ini juga punya peran dalam menjaga kelestarian lingkungan. 


Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Stiper Sriwigama, Krisna Delita mengatakan, Sumsel dengan sumber daya alam yang melimpah ruah dinilai belum dikelola secara optimal untuk kesejahteraan rakyat. "Konsep ekonomi Hijau sangatlah tepat untuk mengelola sumber daya alam di Sumsel secara berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan dengan memanfaatkan energi surya, air, angin, limbah pertanian dan limbah ternak yang dapat menggantikan energi yang berasal dari fosil," kata Krisna. 

Sehingga, sektor pertanian menjadi ramah lingkungan dan zero emision. Dia menjelaskan, lewat ekonomi hijau juga dapat memberdayakan petani untuk meningkatkan dan mengelola hasil-hasil perkebunanan melalui agro industri yang dapat meningkatkan nilai jual dan ekspor. "Proses produksinya juga didorong ramah lingkungan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi menggunakan pupuk organik untuk mencapai swasembada pangan," ungkapnya. 

Saat ini, kata Krisna, permintaaan bahan bakar biomassa yang didapat dari limbah perkebunan, pertanian dan kehutanan menjadi rebutan bagi masyarakat di negara maju. "Mereka menggunakannya untuk sumber energi. Sementara, bahan limbah seperti ini seperti kulit kayu, sekam padi dan berbagai bahan biomassa lainnya sangat melimpah. Ini bisa jadi potensi ekspor. Harusnya, kita bisa mengembangkan ini kedepannya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan masyarakat," ucapnya.

Di sisi lain, sektor ini punya peranan penting dalam penyedia bahan pangan untuk ketahanan pangan masyarakat, sebagai instrumen pengentasan kemiskinan dan penyedia lapangan kerja. "Pertanian berkelanjutan merupakan kunci utama untuk mencapai ekonomi hijau di Sumsel. Dengan praktik pertanian yang ramah lingkungan, kita tidak hanya dapat meningkatkan produksi pertanian, tetapi juga menjaga ekosistem alam yang ada," kata Ketua Komisi DPRD Sumsel, Holda saat dibincangi Kantor Berita RMOL Sumsel. 

Begitupun sebaliknya, penerapan ekonomi hijau juga dapat mendukung berkembangnya sektor pertanian. Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Sumsel ini menerangkan, program ekonomi hijau akan menitikberatkan terhadap peningkatan investasi dan lapangan kerja, membangun teknologi agribisnis, industrutrialisasi desa dan wirausaha yang handal, meningkatkan insfrastruktur dan moda transportasi yang terintegrasi serta kemudahan akses pembiayaan bagi pelaku usaha dan BUMD. 

Sehingga, sektor pertanian nantinya akan lebih maju melalui berbagai program tersebut. "Pembangunan teknologi serta industrialisasi desa disokong dengan permodalan BUMD yang kuat dapat mendorong pertanian menjadi lebih maju. Struktur ekonomi yang efisien untuk menghasilkan output yang lebih banyak," ucapnya. 

Begitu juga dengan penerapan proses produksi dan konsumsi secara berkelanjutan. Tujuannya mengelola dampak limbah terhadap alam dan lingkungan dengan cara menggunakan teknologi yang efisien sehingga bisa menghasilkan limbah yang rendah. "Kondisi ini memberikan kualitas lahan pertanian yang baik dalam berproduksi. Petani tidak perlu khawatir karena kondisi air karena sudah terjamin kualitasnya," bebernya. 

Holda mengatakan, saat ini sektor pertanian menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Sumsel. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) di provinsi itu sebanyak 1.161.246 rumah tangga. Produksi gabah di Sumsel mencapai 2.832.770 ton GKG atau sebanyak 1.626.740 ton beras pada 2023. 

Kondisi ini tentunya harus didukung dengan iklim usaha yang baik, tata kelola lingkungan yang berkelanjutan agar produksinya bisa meningkat. "Optimalisasi lahan tidur dan rawa menjadi lahan produktif juga perlu dilakukan. Hal itu dilakukan dengan membangun infrastruktur, pembangunan waduk dan irigasi, bibit benih unggul dan pupuk, mekanisasi, teknologi alat dan mesin pertanian termasuk peningkatan kemampuan lembaga pertanian sehingga lahan pertanian bisa diperluas," terangnya. 

Menurut Holda, kondisi lingkungan di Sumsel sedang tidak baik-baik saja. Ancaman bencana banjir dan tanah longsor terjadi hampir di setiap daerah baik di wilayah bagian hulu hingga hilir sungai. Belum lagi kualitas air sungai yang tercemar berat. Hal itu, sambung Holda, disebabkan eksploitasi sumber daya yang besar-besaran tanpa memperhatikan tata kelola lingkungan. 

Kondisi itu juga menjadi ancaman bagi sektor pertanian kedepan serta jutaan rumah tangga yang bergantung di dalamnya. "Sehingga perlu konsep yang ideal dalam menyeimbangkannya. Penerapan Ekonomi Hijau menjadi salah satu solusi agar tata kelola lingkungan berjalan dengan seimbang. Ancaman bencana tersebut dapat diminimalisir," tandasnya.