Salah satu upaya untuk mengimbangi kebutuhan dalam proyek gasifikasi batubara yang dijalankan PTBA adalah dengan melakukan penambahan produksi.
- Danantara Dinilai jadi Alat Melanggengkan Industri Batubara, Masyarakat Sipil Desak Pemerintah Hentikan Proyek DME
- Pengembangan DME Sulit Terealisasi, PTBA Kehilangan Investor Utama, Adaro Beralih Garap Solar PV
- Belum Usai! KPPU Bakal Selidiki Lelang Produksi Batubara PTBA-PAMA
Baca Juga
Hal ini dikonfirmasi oleh GM Pertambangan Muara Enim, Venpri Sagara yang dibincangi oleh wartawan usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPRD Sumsel terkait fatality pada Senin (18/4) lalu.
Mengenai proyek DME, dikatakan Venpri kalau suplai batubara untuk proyek tersebut baru akan dilakukan pada 2024 mendatang. “Sekarang belum ada untuk DME. Kemungkinan di 2024 baru akan ditingkatkan produksinya (untuk kebutuhan DME). Karena target pembangunan pabrik (baru akan) selesai di tahun itu,” ujarnya.
Disamping itu, rencana peningkatan produksi batubara yang akan dilakukan PT Bukit Asam pada 2023 mendatang menurutnya juga akan dilakukan untuk menyuplai kebutuhan bahan bakar PLTU Sumsel 8 yang bakal beroperasi. “Tahun depan (2023) ada peningkatan juga karena untuk suplai Sumsel 8,” terangnya.
Informasi yang dihimpun, penambahan produksi ini salah satunya dilakukan di site Bangko Tengah B dan Suban Jeriji dengan jumlah pemindahan tanah (overburden) sebanyak 244,08 juta BCM dan penggalian batubara sebanyak 45,2 juta ton.
Menjawab pertanyaan mengenai angka produksi dan kontraktor yang akan mengerjakan proyek tersebut, yang informasinya akan dikerjakan oleh PT Pamapersada Nusantara (PT PAMA), Venpri tak berbicara lebih jauh. "Kalau soal angka (dan pengerjaan proyek) lengkapnya ke humas," singkat Venpri.
Kantor Berita RMOLSumsel sebelum ini juga telah mengulas mengenai rencana peningkatan produksi ini, bahkan telah pula dikonfirmasikan kepada Direktur Operasi dan Produksi PTBA, Suhedi. "Untuk konfirmasi ini (Pengerjaan proyek Peningkatan produksi Bangko Tengah B dan Suban Jeriji dan DME), silahkan ke Sekper (Sekretaris Perusahaan)," ujarnya.

Deputi Komunitas Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (K-MAKI) Sumsel, Feri Kurniawan angkat bicara terkait ini. Peningkatan produksi yang dilakukan kedepan oleh PTBA, menurutnya akan memberi banyak dampak baik dari sisi positif maupun negatif.
"Tinggal bagaimana PTBA bisa meminimalisir dampak negatif tersebut," kata Feri didampingi Koordinator K-MAKI Sumsel, Boni Belitong saat dibincangi. Misalnya kesehatan dan keselamatan kerja dalam proyek bernilai besar tersebut, sekaligus dampak lingkungan yang muncul dan keuntungan yang seharusnya dirasakan pula oleh masyarakat.
Sayangnya, dia menduga ada yang ditutupi terkait hal ini sehingga tidak ada yang bisa secara langsung mengungkapkan seperti apa dan bagaimana proyek penambahan produksi ini berjalan kedepan.
Sementara di sisi lain, antara PTBA dan PT PAMA punya sejarah dan ikatan yang cukup erat beberapa tahun ke belakang, yang dalam prosesnya juga tak lepas dari catatan minor, mulai dari dugaan kongkalikong yang merugikan negara hingga sorotan mengenai stockpile Mawar, Sirah Pulau, Merapi Timur Kabupaten Lahat (Baca: https://sumselupdate.com/walhi-soroti-kasus-swabakar-batubara-di-stokepile-ptba/).
"Kita tahulah bagaimana sebenarnya (kedekatan antara PTBA dan PAMA), sehingga bisa saja (proyeksi penambahan produksi 2022-2027 dikerjakan PT PAMA). Kalau mau jujur, ayo kita buka semua, karena yang seharusnya menikmati dan akan merasakan dampaknya adalah masyarakat Sumsel," ujar Feri.
Kalaupun saat ini rencana peningkatan produksi itu masih dalam tahap tender pengerjaan, maka dengan memenangkan PT PAMA untuk mengerjakan proyek tersebut, sambung Feri, akan menambah catatan buruk perusahaan plat merah itu dalam urusan pengadaan barang dan jasa. Sekaligus membuktikan adanya kongkalikong dalam proses lelang tender yang dilakukan oleh PTBA.
Sebab, Feri mengklaim pihaknya memiliki banyak catatan lain terkait aktivitas PTBA ini. Termasuk PT PAMA yang dinilai belum memberikan kontribusi maksimal bagi masyarakat Sumsel meskipun telah bertahun beroperasi mengeruk emas hitam.
"Sehingga dengan data yang kami miliki rasanya kurang tepat kalau PTBA dan PAMA disebut sebagai perusahaan yang bersih, karena informasinya untuk kantor saja (PAMA) tidak punya di Sumsel ini," ungkapnya.
Apalagi terbaru, mengenai proyek hilirasasi batubara menjadi DME, yang diistilahkannya lepas dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya. "Jangan sampai masyarakat Sumsel ini terus-terusan dibohongi," tegas Feri.
Di sisi lain, menyoal peningkatan produksi dalam aktivitas pertambangan di Sumsel, Ketua Komisi IV DPRD Sumsel MF Ridho pernah berujar, bahwa upaya peningkatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan tambang yang beroperasi di Sumsel ini harus juga diimbangi dengan upaya meningkatkan keselamatan kerja pertambangan, lingkungan dan pada puncaknya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumsel.
Apa yang disampaikan Ridho ini, seiring dengan maraknya fatality dalam aktivitas pertambangan di Sumsel, yang juga melibatkan PTBA beberapa waktu terakhir. Sorotan terhadap peningkatan produksi ini, sebelumnya juga telah disampaikan oleh pengamat Bagindo Togar yang menyebut jika masyarakat. (*/bersambung)
- Konflik Lahan Robert Aritonang vs PTBA-BSP: Penggugat Serahkan Bukti Aktivitas Penambangan Terbaru
- Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Pemkab Muara Enim dan Bukit Asam (PTBA) Sinergi Dukung UMKM
- Berkat Program BIDIKSIBA, Imron Rosyidi Wujudkan Mimpi Kuliah dan Berkarier di Industri Tambang