E-Sport telah menjadi cabang olahraga prestasi yang telah banyak digemari masyarakat. Khususnya dari kalangan milenial. Penggiat olahraga ini mampu meraup pendapatan hingga puluhan juta rupiah dari keikutsertaannya di sejumlah turnamen.
- Finis di Peringkat 43 Paralimpiade Tokyo 2020, Ini Atlet Penyumbang Medali Indonesia
- Terjerat Kasus Pelecehan, FIFA Skors Ketua Federasi Spanyol
- Kejurnas Velox Et Exactus Cup 2022 dengan Total Hadiah Rp1 Miliar Digelar 21-23 Oktober
Baca Juga
Seperti yang dilakoni Mangku Sentosa (19). Alumni SMK Negeri 7 Palembang ini telah bergelut di dunia game online sejak di bangku SMP. Hingga lulus pendidikan atas beberapa waktu lalu, dirinya tetap aktif bermain game Garena Free Fire.
"Lalu, saat SMA, kami mencoba ikut sejumlah turnamen yang digelar. Beberapa ada yang kami menangkan," ujarnya saat dibincangi, Jumat (15/10).
Jika dikumpulkan, Mangku mengaku bisa meraup uang hingga Rp 10 juta. Sejak itulah, dirinya terus aktif bergekecimpung di e-sport.
Selain lomba tingkat Kota dan Kabupaten, ia bersama tim juga pernah mewakili sekolahnya dalam turnamen tingkat Nasional yaitu Turnamen Pelajar Indonesia.
"Kita kemarin ikut turnamen tingkat Nasional. Di Sumsel, alhamdulilah kita menang juara 1,” terangnya.
Menurutnya, saat ini tidak ada ruginya menggeluti dunia game. Sebab, bisa memberikan kesempatan anak muda seperti dirinya mendapatkan sampingan pendapatan. Apalagi jika timnya berhasil menjuarai turnamen bergengsi. Banyak sponsor yang bisa membiayai mereka.
"Ketika sudah masuk menjadi tim profesional, pendapatan mengalir dengan sendirinya. Inilah yang jadi cita-cita kaum milenial saat ini," bebernya.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Selatan (Dispora Sumsel), Akhmad Yusuf Wibowo mengatakan E-sport saat ini menjadi lapangan pekerjaan baru yang menjanjikan.
“Sangat menjanjikan sekali ini, dan pendapatannya bisa mencapai Rp200-300 juta. Dan sudah banyak juga pemain-pemain di Sumsel,” katanya.
Yusuf juga mengatakan, selain di cap negatif oleh sebagian orang, Dispora Sumsel berusaha untuk mengubah stigma buruk para pemain dengan menerapkan disiplin dan sportifitas.
“Bukan hanya mendapatkan stigma negatif. Tapi kita usahakan supaya mereka sportif dan tidak bermain game tanpa istirahat. Jadi kalau waktunya makan, sholat, dan lainnya, pemain bisa beristirahat terlebih dahulu,” pungkasnya.
- Duo Man City Jadi Tumpuan Inggris Lawan Kroasia
- 20 Karateka Polda Sumsel Siap Berlaga di Kapolri Cup 2024
- Bakal Ditinjau FIFA, Gubernur Sumsel Pantau Kesiapan Venue Piala Dunia U-20