Kasus penganiayaan oleh prajurit TNI di Boyolali yang dialami relawan Ganjar Pranowo mencoreng Pemilu 2024 yang dicitrakan damai.
- Sudah Kembalikan Berkas ke Seluruh Parpol, Devi Harianto Akan Umumkan Pasangan Akhir Bulan Ini
- Geser Petahana yang Menjabat 3 Periode, Fathi Dipastikan Menuju Senayan Dapil I Jabar
- Publik Menanti Perkembangan Kasus Impor BBM
Baca Juga
Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedillah Badrun, berpendapat, kekerasan yang terjadi antara sipil dan aparat negara jelas merusak prinsip demokrasi.
“Saya melihat, apa yang terjadi beberapa waktu lalu itu merupakan praktik kekerasan yang justru merusak prinsip-prinsip negara demokrasi,” kata Ubedillah, saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (31/12).
Menurutnya, aparat negara seharusnya menjalankan fungsinya dengan benar, berpihak pada rakyat, tidak menggunakan kekerasan dan tindakan represi.
“Menurut saya uncivilized, sangat tidak beradab ya,” katanya.
Dia juga mengatakan, peristiwa kekerasan yang terjadi di Boyolali akan berdampak negatif terhadap citra Pemilu 2024.
“Peristiwa itu berdampak negatif terhadap seluruh proses Pemilu. Karena eskalasi memburuknya demokrasi semakin meningkat,” ujarnya.
Cara-cara memanipulasi hukum, money politics, dan tindakan kekerasan yang terjadi saat ini, menurut Ubedillah, justru membuat citra Indonesia semakin buruk di mata dunia.
“Peristiwa itu memperburuk kualitas Pemilu, memperburuk kualitas demokrasi,” tutupnya.
- Tiga Prajurit TNI Penembak Bos Rental Dipecat dari Militer
- Kenaikan Pangkat Seskab Teddy Menyakiti Perasaan Prajurit TNI
- Danpuspom Sebut Pelanggaran Aparat TNI Turun 25,6 Persen