Kepala Kantor Arkeologi Sumatera Selatan (Sumsel) Dr. Wahyu Rizky Andhifani mengatakan, penelitian terhadap penemuan nisan kuno di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang beberapa waktu lalu, layak untuk dilanjutkan.
- Menapak Jejak Dugaan Pencemaran Sungai Penimur Akibat Aktivitas Pertambangan [BAGIAN KEDUA]
- Sempat Dirawat di RS, Wabup Nonaktif OKU Johan Anuar Meninggal Dunia
- Menkes Inggris Mengundurkan Diri Usai Langgar Prokes Dengan Ajudan Perempuan
Baca Juga
"Layak untuk dilanjutkan penelitian ini hanya saja tinggal izinnya boleh atau tidak, kami menunggu kebijakan dari pemerintah setempat untuk menanggapi penemuan ini seperti apa, tentu dengan pertimbangan - pertimbangan lainnya," ujar dia.
Penemuan nisan kuno itu, kata dia, bagi para arkeolog sangat penting karena dapat menggambarkan sisi pengetahuan akan sejarah Kota Palembang. Dimana dari penelitian awal, nisan kuno tersebut diduga telah ditimbun Belanda saat melakukan pembangunan kota.
“Kita menemukan dinding waktu penggalian kemarin, kalau saya wawancara dengan kawan-kawan Waskita yang menggali mereka bilang, kalau nisan ditemukan dalam kondisi rebah, udah dicabut dan sudah tidak beraturan itu analisis kita. Pada zaman kolonial tempat penemuan itu memang ditimbun oleh Belanda untuk pembuatan kota moderen,” beber dia.
Meskipun sangat layak dilanjutkan penelitian, Wahyu menuturkan, hal itu tidak dapat serta merta dilakukan karena harus berkoordinasi dan mendapat izin dari banyak pihak. Mulai dari pemilik ruko, Pemkot Palembang, TACB Kota dan Provinsi, serta pihak lainnya.
"Kita juga merekomdasikan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi dan Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Palembang untuk melakukan tindakan konservasi lebih lanjut terhadap enam buah batu nisan kuno. Setelah dikonservasi, apakah layak untuk dipajang atau mau dimasukkan benda cagar budaya itu terserah mereka. Bagi kami yang penting kami sudah menyelesaikan penelitian, walaupun masih tahap awal," katanya.
Menurut dia, berdasarkan penelitian diketahui pemilik enam nisan tersebut merupakan sebuah keluarga tetua muslim yang kemudian bila dicocokkan dengan peta tahun 1821 mereka diduga memiliki keturunan pangeran di Palembang.
"Sebab merujuk pada peta tahun 1821 itu sudah banyak berdiri rumah-rumah limas para pangeran di lokasi penemuan nisan-nisan tersebut," ucap dia.
Sementara, Arkeolog dari Kantor Arkeologi Sumsel Retno Purwanti menambahkan kawasan tersebut sangat layak dilakukan penelitian kembali. Menurutnya kalau kawasan Pasar 16, tepatnya di Komplek Pertokoan Tengkuruk Permai Blok C, 17 Ilir, Palembang berdasarkan keterangan budayawan Palembang Djohan Hanafiah (Alm) adalah penuh rumah –rumah para pangeran.
"Kebetulan nisan yang kita temukan memang satu keluarga tapi apakah ini ada keluarga besar yang lain semacam TPU khusus untuk keluarga ini, ini yang kita tidak tahu,” katanya.
Sedangkan batu nisan kuno yang ditemukan ini menurutnya terbuat dari batu granit. Diduga, batu nisan kuno itu dibuat di abad ke-19 sampai 20 pasca era Kesultanan Palembang Darussalam. "Dugaannya ini makam keluarga keturunan bangsawan dengan satu wujud," katanya.
Sementara Pengelola Data Arkeologi Inskripsi Arab Kantor Arkeologi Sumatera Selatan Naf'an Ratomi mengatakan, inskripsi dari enam nisan tersebut terdiri dari aksara bahasa Arab dan Melayu.
Masing-masing seperti misalnya pada nisan pertama terdiri dari empat baris yang bertuliskan Fagod intigolat Ila Rahmatillahil Abror Niaji (Nadibah) Binti Abdu Al Aziz Falembani atau maka telah berpulang ke Rahmatullah dengan baik Niaji (Nadibah) anak perempuan Abdul Aziz dari Palembang.
Pada nisan kedua terdiri dari lima baris, bertuliskan Fagod intigol Ila Rahmatillah Al Malikul Abror Al Marhum Haji Abdurrahman Raja Ismail atau maka telah berpulang ke Rahmatullah raja yang baik Almarhum Haji Abdurrahman Raja Ismail.
Lalu nisan ketiga terdiri dari empat baris yang bertuliskan Fagod intigolat Ila Rahmatillahil Abror Niaji Rosyidah Binti Haji Abdurrahman Raja Ismail Palembang atau telah berpulang ke Rahmatullah dengan baik Niaji Rosyidah anak perempuan Haji Abdurrahman Raja Ismail dari Palembang.
Nisan keempat terdiri dari empat baris Wakana Wafatuhu Yaumil Isnain A Robi'ul Akhir Sanah atau dan adapun wafatnya pada hari Senin, 8 Robiul Akhir Tahun 1322 H.
Nisan kelima terdiri dari enam baris Berpindahlah Kepada Rahmatullah Perempuan Nama Nur'aini Binti Haji Abdurrahman Kepada dua hari bulan Rabiul awal atau telah berpulang ke Rahmatullah perempuan bernama Nur'aini anak Perempuan
Nisan kelima terdiri dari enam baris Berpindahlah Kepada Rahmatullah Perempuan Nama Nur'aini Binti Haji Abdurrahman Kepada dua hari bulan Rabiul awal atau telah berpulang ke Rahmatullah perempuan bernama Nur'aini anak Perempuan Haji Abdurrahman pada Tanggal 2 Bulan Robi'ul Awal
Kemudian terakhir pada nisan keenam terdiri dari empat baris bertuliskan Hijratun Nabi Sholla Allahu 'Alaihi Wa Sallam Wa Kana Wafatuha Khomsatu Wa'isrina Al Go'idah Sanatu Tsala Miatun Wa'Asyro Ba'da alpun . atau Hijrah Navi Sholawat Allah Atasnya dan Keselamatan dan Adapun Wafatnya Dua Puluh Lima Al Qo’idah Tahun Tiga Ratus Sepuluh Setelah Seribu 1310
"Aksara dan bahasa itu menggunakan bahasa Arab dan bahasa Melayu. Dari enam nisan yang sudah kami temui satu-satunya yang menggunakan bahasa melayu adalah nisan ke-lima, kemudian dari identifikasi ia adalah perempuan," tandas dia.
- AXA Mandiri Resmikan Kantor dan Customer Care Centre Baru di Palembang
- Pasar 16 Ilir dan BKB Akan Ditata Ulang, Pemkot Palembang Siapkan CCTV dan Pos Terpadu
- Polisi Gelar Olah TKP Kasus Penganiayaan Wanita di Palembang, Korban Sebut Sudah Sering Dapat Ancaman Pelaku