Peneliti Polsri Gagas Pengembangan Kampung Eduwisata Teluk Perepat Ogan Ilir

Ketua Tim Peneliti Polsri, Riana Mayasari saat meninjau lokasi Kampung Eduwisata Teluk Perepat, Ogan Ilir
Ketua Tim Peneliti Polsri, Riana Mayasari saat meninjau lokasi Kampung Eduwisata Teluk Perepat, Ogan Ilir

Kabupaten Ogan Ilir memiliki beragam destinasi unik dengan berbagai ciri khasnya. Salah satu kawasan wisata di kabupaten tersebut berada di Desa Tanjung Pinang II Kecamatan Tanjung Batu. 


Di desa ini terdapat kawasan Kampung Eduwisata Teluk Perepat. Kawasan wisata ini menawarkan jejak cerita rakyat yang bernilai historis tinggi. 

Beberapa penduduk desa ini bekerja diluar kota dan luar negeri untuk memperoleh kesejahteraan. Padahal, di Desa ini sendiri sebenarnya banyak potensi yang bisa dikembangkan antara lain destinasi wisata dengan landscape yang indah di Teluk Perepat dengan sungai hijau bening yang dikelilingi perkebunan karet, kerajinan pandai besi, tenun songket, usaha kue bolu nanas, usaha kerupuk kemplang, pertanian, perikanan, dan perkebunan yang berpotensi untuk diintegrasikan sebagai penopang kesejahteraan masyarakat. 

Hal inilah yang membuat tim peneliti dari Politeknik Sriwijaya yang diketuai Riana Mayasari, S.E., Ak., M.Acc., Ak., CA., CRMPA dengan anggota M Sang Gumilar Panca Putra, S.ST., MT, Rian Rahmanda Putra, S.Kom., M.Kom dan Alfitriani, S.STPar., M.PAR serta satu peneliti dari Institut Teknologi dan Bisnis Palcomtech Hendra Hadiwijaya, S.E., M.Si, tergerak untuk mengembangkan perekonomian masyarakat desa tersebut. 

Menurut Riana, dari FGD dan observasi yang dilakukan bersama aparatur desa, ditemukan sejumlah permasalahan yang menghambat pembangunan ekonomi di kawasan tersebut. Diantaranya belum produktifnya lahan potensial perkebunan, pertanian dan perikanan. Risiko longsor pada lereng sungai Payo Pinang di Kawasan Teluk Perepat, timbulnya polusi suara dari pandai besi, lemahnya otivasi generasi muda untuk meneruskan kerajinan pandai besi dan tenun songket.

"Kemudian, rendahnya pengetahuan pengelolaan pariwisata dan kemampuan pengelolaan teknologi informasi. Desa ini juga belum memiliki master plan pengelolaan pariwisata infrastruktur dasar penunjang eduwisata berbasis ecoturism," kata Riana.

Dijelaskan, sejauh ini, peneliti telah memiliki solusi dari berbagai permasalahan itu. Kedepannya, pihaknya bakal penyuluhan penguatan SDM Desa Eduwisata dan revitalisasi lahan non produktif terintegrasi multisektor serta pelatihan teknik pembudidayaan. Penyesuaian Geometri lereng dan revegetasi, relokasi pandai besi ke kawasan terpadu dan penanaman tumbuhan sound barrier. 

"Kami juga akan melakukan penyuluhan potensi ekonomi dan manajemen usaha, pelatihan kepariwisataan berbasis hospitality, rancang bangun infrastruktur teknologi informasi dan pelatihan pengelolaan promosi wisata," terangnya. 

Rencananya, peneliti juga akan membuat master plan pemetaan pembangunan kawasan eduwisata terintegrasi science techno park (STP) serta membangun fasilitas penunjang eduwisata berbasis low cost ecotourism. 

"Solusi permasalahan ini diselesaikan bertahap berdasarkan metode pelaksanaan selama 3 tahun dengan evaluasi kegiatan setiap tahun," tandasnya.