Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencetak surplus Rp103,1 triliun pada April 2022. Jumlah itu setara 0,58 persen Produk Domestik Bruto (PDB).
- Tabungan Orang Kaya Melonjak 9,14 Persen, Tanda Ekonomi Pulih?
- Syarat Vaksin Untuk Masuk Mall dari Pemerintah Pusat, Ganjar : Tidak Adil dan Berlebihan
- Wujudkan Excel Optimization and Smart Data Visualization PLN UP3 Palembang adakan Upskilling Pegawai
Baca Juga
Surplus APBN yang terjadi pada April 2022 tersebut jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan defisit Rp138,2 triliun atau 0,81 persen terhadap PDB.
“APBN dalam posisi surplus Rp103,1 triliun dibandingkan tahun lalu yang defisit membaliknya sangat cepat sekali atau 174 persen. Bahkan dibandingkan bulan lalu yang surplus anggaran baru mencapai Rp10 triliun ini lonjakannya sangat tinggi,” kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN Kita di Jakarta, Senin (23/5).
Menkeu menjelaskan, surplus APBN di April disebabkan oleh pendapatan negara yang tercatat Rp853,6 triliun atau meningkat 45,9 persen year on year (yoy). Pertumbuhan itu dinilai sangat bagus, karena pada bulan lalu pertumbuhan pendapatan negara 31,1 persen.
Untuk komponen pendapatan pajak tercatat Rp567,1 triliun atau tumbuh 51,5 persen (yoy), kemudian kepabeanan dan cukai tercatat Rp108,4 triliun atau tumbuh 37,7 persen (yoy), PNBP realisasinya mencapai Rp177,4 triliun atau tumbuh 35 persen(yoy).
“Kepabeanan cukai itu luar biasa, tahun lalu sudah tumbuh tinggi sekarang tumbuh lebih tinggi lagi. Pajak tahun lalu kan flat hampir 0 growth-nya, jadi kalau pajak baru mulai terlihat tahun ini. Tapi kalau bea cukai semenjak growth-nya masih terlihat tinggi dan masih bertahan tinggi, alhamdulilah bagus,” ujar Menkeu.
Di sisi lain, belanja negara hanya sebesar Rp750,5 triliun pada akhir April 2022. Realisasi itu naik 3,8 persen (yoy) dibandingkan tahun lalu sebesar Rp723 triliun. Belanja pemerintah pusat tercatat Rp508 triliun atau tumbuh 3,7 persen (yoy) dan untuk TKDD Rp242,4 triliun atau tumbuh 4 persen (yoy).
“Belanja negara turun positif growth mulai April, karena waktu kami lihat Maret pertumbuhan masih negatif semua. Jadi ini sudah terjadi akselerasi belanja kita,” tutur Menkeu.
Menkeu menuturkan, keseimbangan primer per April tercatat surplus Rp220,9 triliun atau lebih tinggi dari surplus keseimbangan primer per Maret 2022 yang sebesar Rp94,7 triliun. Ini juga lebih baik dari keseimbangan primer per April 2021 yang tercatat defisit Rp36,5 triliun.
Dengan kondisi surplus yang besar, lanjut Menkeu, pembiayaan utang menjadi turun signifikan pada bulan April tercatat Rp142 triliun atau turun hingga 64,1 persen (yoy).
“Itu suatu prestasi konsolidasi APBN sangat baik. Tentu kami gunakan surplus ini nanti seperti yang kami sampaikan DPR untuk jadi shock absorber penahan guncangan karena pandemi dan sekarang sisi komoditas. Itulah APBN jadi shock absorber, stabilizer atau countercyclical, itu sebuah terminologi bahwa APBN selalu jadi instrumen utama dan pertama yang diandalkan rakyat dan perekonomian,” tukas Menkeu.
- Anggaran Transfer ke Daerah 2023 Bakal Tembus Rp811 Triliun
- Penerimaan Negara Diperkirakan Meningkat Capai Rp2.443 Triliun di Tahun 2023
- Realisasi Belanja Hingga Juli 2022 Capai Rp1.4 Triliun