Serangan udara yang digencarkan oleh koalisi Arab sebagai aksi balas dendam telah menewaskan pemimpin teroris Houthi, Selasa kemarin (18/1).
- Houthi Tembak Jatuh Drone Reaper Milik AS
- Ingin Lepas dari Konflik, Arab Saudi Dukung Gencatan Senjata dengan Houthi
- Tiga Orang Tewas dalam Ledakan Tiga Truk Tanker di Abu Dhabi
Baca Juga
Serangan yang menargetkan kamp dan benteng Houthi di Ibu Kota Yaman ini merupakan serangan terberat dalam tiga tahun. Mengikuti, jejak serangan drone yang dilakukan oleh Houthi pada Senin lalu di tempat penyimpanan minyak pinggiran ibukota UEA Abu Dhabi. Akibat serangan Houthi tersebut, tiga orang tewas dan melukai enam lainnya. Tak hanya itu, sebuah situs konstruksi di lokasi proyek perluasan bandara baru Abu Dhabi dan fasilitas minyak di negara itu terbakar
"Insiden itu kemungkinan besar disebabkan oleh serangan drone atau pesawat tak berawak," kata seorang polisi di UEA.
UEA mengatakan pihaknya berhak untuk menanggapi serangan teroris dan eskalasi kriminal tersebut. Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan pun setuju menanggapi serangan tersebut. "Berdiri bersama hingga tindakan agresi ini," tulisnya dikutip dari Arabnews.com.
Aksi serangan pesawat tanpa awak Houthi ini juga dikutuk oleh PBB, Uni Eropa, Inggris, Prancis, dan di seluruh Teluk dan Timur Tengah yang lebih luas, termasuk Israel. Bahkan, AS bersumpah untuk meminta pertanggungjawaban Houthi atas serangan tersebut. Sedangkan, Israel juga telah menawarkan bantuan keamanan serta mengucapkan bela sungakawa atas kejadian itu.
“Dukungan keamanan dan intelijen untuk membantu Anda melindungi warga Anda dari serangan serupa,” tulis Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.
Dia telah memerintahkan badan keamanan Israel untuk memberikan bantuan apapun kepada rekan mereka di UEA. Bahkan, jika UEA tertarik maka Israel berkomitmen untuk bekerjasama dalam pertempuran yang sedang berlangsung melawan pasukan ekstrimis di kawasan tesrebut. "Kami akan terus bermitra dengan Anda untuk mengalahkan musuh bersama kami," katanya.
Seorang Peneliti di Universitas Pembroke College Oxford University, Elisabeth Kendall mengatakan tidak ada akhir yang terlihat untuk perang Yaman ini. Bahkan, justru sebaliknya konflik akan semakin meningkat. "UEA juga tentunya tidak akan terburu0buru mengambil reaksi spontan. Karena telah banyak berinvestasi di Yaman, khususnya dalam infrastruktur politik dan militer baru di selatan. Jadi, tidak mungkin menyimpang dari strategi jangka panjangnya atas dasar provokasi," tutupnya.
- Arab Saudi Bantah Terlibat Dalam Serangan Israel di Pelabuhan Hodeidah
- Jet Tempur Israel Serang Pelabuhan Hodeidah Yaman
- Houthi Tembak Jatuh Drone Reaper Milik AS