Pelajar Perempuan Afghanistan Mulai Kosongkan Asrama

Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net

Minggu ini adalah puncak kesedihan bagi para mahasiswi di Afghanistan. Setelah Taliban mengumumkan pelarangan masuk kampus bagi perempuan, mereka mulai mengosongkan asrama.


Ahmed Zia Hashemi, juru bicara Kementerian Pendidikan Tinggi pada Jumat (23/12) membenarkan bahwa  proses keluarnya perempuan dari asrama telah dimulai.

Dalam pesan teks ke Radio Azadi, dia mengatakan bahwa kampus telah ditutup (bagi perempuan) jadi tgak ada alasan mereka tetap berada di asrama.

Beberapa mahasiswa nampak pucat karena kecewa ketika Taliban memberitahu mereka harus pulang.

Pada Selasa (20/12) Taliban mengumumkan keputusan untuk melarang perempuan ke kampus dalam sebuah surat dari Kementerian Pendidikan Tinggi. Menteri Pendidikan Tinggi Nida Mohammad Nadim mengatakan bahwa larangan itu diperlukan untuk mencegah pencampuran gender di universitas dan karena dia yakin beberapa mata pelajaran yang diajarkan melanggar prinsip-prinsip Islam.

Dia juga mengatakan siswi telah mengabaikan ajaran Islam, termasuk apa yang harus dikenakan, dan tidak didampingi oleh kerabat laki-laki saat bepergian.

Larangan itu diberlakukan sampai pemberitahuan lebih lanjut, katanya.

Keputusan Taliban itu memicu reaksi keras dari komunitas internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Larangan bagi perempuan untuk masuk kampus adalah aturan terbaru terhadap perempuan sejak Taliban merebut kendali Afghanistan pada Agustus tahun lalu.

Banyak aturan yang dikeluarkan Taliban untuk membatasi gerak perempuan Afghanistan. Taliban sebelumnya melarang anak perempuan bersekolah setelah kelas enam, membatasi perempuan untuk memegang sebagian besar pekerjaan, dan memerintahkan mereka untuk menutupi kepala hingga ujung kaki saat berada di depan umum. Wanita juga dilarang memasuki taman dan pusat kebugaran.