Krisis kemanusiaan di Haiti semakin meningkat sejak para geng pemberontak bentrok dan melakukan perlawanan. Bahkan saat ini hampir 60 persen wilayah ibukota Port-au-Prince telah dikuasai oleh kelompok bersenjata.
- 10 Aparat Dibunuh Geng Bersenjata, Polisi Haiti Geruduk Rumah Perdana Menteri
- Situasi di Haiti Mencekam,Jepang Tutup Kedutaan Sementara Waktu
- Negara Makin Kacau, Puluhan Orang di Haiti Tewas Akibat Kekerasan Geng
Baca Juga
Ketidakstabilan politik dan ekonomi menjadi pemicu pertempuran geng dan membawa banyak bencana bagi negara di Karibia itu. Presiden Haiti Jovenal Moïse dibunuh pada tahun lalu setelah menghadapi protes rakyat untuk pengunduran dirinya.
Aksi kejahatan semakin meningkat setelah Perdana Menteri Ariel Henry mengatakan subsidi bahan bakar akan dihapuskan.
Setelah pengumuman itu, geng yang dipimpin oleh Jimmy "Barbecue" Cherizier, mantan petugas polisi, langsung memblokir terminal bahan bakar Varreux dan memicu krisis bahan bakar.
Kepala Kemanusiaan PBB di Haiti, Ulrika Richardson pada Jumat (9/10) mengatakan hingga kini hampir 60 persen ibu kota Port-au-Prince telah dikuasai oleh kelompok bersenjata yang kerap melakukan kejahatan terhadap warga sipil.
Menurut Richardson, mereka menggunakan kekerasan seksual yang sangat mengerikan sebagai senjata untuk mengendalikan warga dan membuat mereka hidup dalam ketakutan.
Warga yang tidak tahan dengan kekejaman geng memilih untuk melarikan diri dari rumah mereka.
"Ketidakamanan telah menyebabkan pemindahan besar-besaran, terutama di ibukota, di mana 155 ribu orang telah meninggalkan rumah mereka," ujarnya seperti dimuat The Washington Post.
Tak sampai di situ, Richardson mengatakan saat ini rakyat yang masih bertahan harus hidup dalam kelaparan dan tertular wabah penyakit kolera.
"Hampir 20 ribu orang di ibukota menghadapi kondisi seperti bencana kelaparan saat wabah kolera menyebar ke seluruh Haiti," jelasnya.
PM Henry dan Dewan Menteri Haiti mengirimkan seruan untuk mendesak agar Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengirim pasukan militer internasional untuk mengatasi kekerasan Haiti dan meringankan krisis kemanusiaannya.
Di bidang pertahanan, PBB dinyatakan telah banyak membantu pasukan polisi nasional Haiti dengan peralatan dan pelatihan.
Pada pertengahan November, PBB meluncurkan penggalangan dana darurat sebesar 145 juta dolar AS atau setara Rp 2,2 triliun untuk menanggapi wabah kolera Haiti dan kelaparan yang meningkat.
Tetapi sejauh ini pihak Haiti mengklaim hanya baru menerima 23,5 juta dolar AS atau hanya Rp 363 miliar saja.
Sisanya diklaim akan diajukan kembali di tahun mendatang dengan jumlah dua kali lipat dari tahun ini, mengikuti situasi kemanusiaan Haiti yang semakin memburuk.
- 10 Aparat Dibunuh Geng Bersenjata, Polisi Haiti Geruduk Rumah Perdana Menteri
- Situasi di Haiti Mencekam,Jepang Tutup Kedutaan Sementara Waktu
- Negara Makin Kacau, Puluhan Orang di Haiti Tewas Akibat Kekerasan Geng