Ketua Mahkamah Agung (MA) Muhammad Syarifuddin dinlai gagal besar dalam membina hakim dan aparatur peradilan secara baik dan benar.
- Mutasi Pati Polri, Fadil Imran Jabat Kabaharkam, Mantan Deputi KPK Jadi Kapolda Metro
- Tunjuk Tim Kuasa Hukum, Keluarga Korban Gagal Ginjal Akut Bakal Layangkan Gugatan Class Action
- Dilaporkan Pengusaha Terkait Dugaan Penipuan, ESP Bantah Terima Uang dan Janjikan Proyek
Baca Juga
Dosen Hukum Pidana Universitas Trisakti, Azmi Syahputra mengatakan, ditahannya Hakim Agung Sudrajad Dimyati oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan MA sudah terperosok dalam lumpur korupsi bahkan sudah menjadi kejahatan kolektif.
"Hal ini menunjukkan Ketua Mahkamah Agung gagal besar dalam membina hakim dan aparatur peradilan secara baik dan benar, karena semestinya Ketua MA harus mampu mewujudkan peradilan yang bersih, jujur dan adil," ujar Azmi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (26/9).
Hakim adalah aktor sekaligus pelaksana inti dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman. Tidak saja bertanggung jawab secara vertikal, namun harus bertanggung jawab secara horizontal.
"Jadi Ketua MA harus mengambil langkah cepat dan terarah terlebih dahulu. Ketua MA harus menjadi contoh perilaku hakim yang baik, ubah skema reformasi MA. Jangan lagi dengan pidato atau wejangan, namun dengan etika, adab, arif, sadar diri bahwa ia jadi contoh keteladan," kata Azmi.
Azmi menilai, jika Ketua MA baik, maka anak buah akan lebih baik mengaktualisasikan peran menjalankan kekuasan kehakiman.
Bagi Azmi, kejadian tangkap tangan KPK semakin menambah deretan angka aparatur peradilan yang minim integritas dan krisis moral.
"Yang tertangkap dengan segala macam pola modus operandinya yang mengarah 'semua bisa diatur dengan uang' dalam menjual praktik perdagangan kewenangan hakim (putusan)," terang Azmi.
- Muzani Sudah Ingatkan Ahmad Dhani Jangan Singgung Hal Sensitif
- KPK Dalami Keterlibatan Pejabat Pemkab Lamteng di Kasus Suap Proyek di OKU
- Nurul Ghufron Didukung Siaga 98 Ikuti Seleksi Calon Hakim Agung