Minim Inovasi dan Prestasi, Nasdem dan Finda Bakal Sama-Sama Merugi

Gubernur Sumsel, Herman Deru bersama Wakil Walikota Palembang Fitrianti Agustinda mendapatkan gelar Raja Madang Bangsawan sebagai warga kehormatan Mendayun dari lkatan Keluarga Bersatu Mendayun Komering Ulu Timur pada tahun lalu/ist
Gubernur Sumsel, Herman Deru bersama Wakil Walikota Palembang Fitrianti Agustinda mendapatkan gelar Raja Madang Bangsawan sebagai warga kehormatan Mendayun dari lkatan Keluarga Bersatu Mendayun Komering Ulu Timur pada tahun lalu/ist

Langkah politik Finda untuk segera mencari pelabuhan baru dalam karir politiknya justru dianggap pengamat politik Bagindo Togar akan merugikannya sendiri. 


Terutama jika ingin maju pada Pemilihan Wali Kota Palembang 2024 mendatang, setelah melepaskan diri dari PDI Perjuangan yang telah membesarkan namanya.

 "Saya rasa lebih baik, Finda mendongkrak namanya dulu melalui prestasi. Apalagi dia masih menjabat Wakil Wali Kota Palembang. Harusnya, dia bisa memberikan prestasi terbaik yang bisa mengangkat elektabilitasnya," ujar Pengamat Politik Sumsel Bagindo Togar saat dibincangi, Kantor Berita RMOLSumsel, Jumat (8/4).

Bicara prestasi, Bagindo mengistilahkan Wakil Wali Kota Fitrianti Agustinda saat ini sebagai “Sosial Worker” atau pekerja sosial seiring dengan kegiatan terjadwalnya untuk mengunjungi warga sakit di kota Palembang. Padahal menurut Bagindo, kerja seperti itu, seharusnya bisa diatasi dan ditangani oleh birokrasi atau jajaran dibawahnya, seperti kelurahan atau kecamatan.

"Nyaris belum terlihat (prestasi). Jangan hanya datang ke masyarakat tapi tidak ada solusi. Harus diubah mindset atau gesture politiknya,” ucapnya.

Bagindo menerangkan, pencitraan dengan turun ke masyarakat seperti menjenguk warga sakit, bagi sembako dan lainnya saat ini kurang efektif untuk meraih simpati masyarakat. 

“Pencitraan seperti ini sudah lama ditinggalkan. Untuk petahana, seharusnya itu bisa diserahkan ke jajaran yang ada di pemerintahan. Seharusnya,bisa lebih mengecek apakah kebijakan atau program yang diusung sudah berjalan belum. Lalu diselesaikan dengan mencari solusinya,” kata dia.

Mengenai merapatnya Finda ke Partai Nasdem juga akan merugikan Finda sendiri. Sebab, dari sisi jumlah kursi di parlemen, Partai Nasdem hanya memiliki tiga kursi. Sementara untuk maju menjadi calon, Finda butuh tujuh kursi lagi.

Kemudian dari sisi manajemen kepartaian, Partai Nasdem belum begitu solid. Sebab, Partai ini kerap melakukan rotasi atau penggantian kepengurusan. “Artinya tidak ada kepastian terhadap orang yang tengah duduk di kepengurusan. Masa jabatannya sampai kapan. Semuanya tergantung dari keputusan DPW Provinsi atau DPP,” bebernya. 

Di sisi lain, apabila berkaca dengan kinerja yang ditunjukkan selama ini, masuknya Finda disinyalir akan menambah beban partai dimana kader yang berada pada level eksekutif di tingkat provinsi saat ini juga cenderung minim inovasi.