Merajut Kembali Warisan Budaya Aksara Ulu Lahat

Jumat (12/7) bertempat di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat diadakan podcast dengan tema Ngopiko (Ngopi Pagi Bareng Kominfo) Aksara Ulu Lahat. Hadir di podcast ini Niel Adrin, SE, MAP Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, Syaihul Azhari, SE, MM Kabid Kebudayaan dan Mario Andramartik penggiat Budaya Sumsel. (Handout)
Jumat (12/7) bertempat di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat diadakan podcast dengan tema Ngopiko (Ngopi Pagi Bareng Kominfo) Aksara Ulu Lahat. Hadir di podcast ini Niel Adrin, SE, MAP Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, Syaihul Azhari, SE, MM Kabid Kebudayaan dan Mario Andramartik penggiat Budaya Sumsel. (Handout)

Di tengah derasnya arus modernisasi, Pemerintah Kabupaten Lahat menunjukkan keseriusan dalam melestarikan warisan budaya yang kian terlupakan. Kabupaten yang dikenal dengan julukan Negeri Seribu Megalitik ini menggencarkan upaya pelestarian aksara ulu atau surat ulu, sebuah peninggalan budaya yang sarat makna dan sejarah.


Pada Jumat (12/7), Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat menjadi saksi dari sebuah diskusi penting. Podcast bertajuk "Ngopiko" (Ngopi Pagi Bareng Kominfo) mengangkat tema Aksara Ulu Lahat, menghadirkan Niel Adrin, SE, MAP, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, Syaihul Azhari, SE, MM, Kabid Kebudayaan, serta Mario Andramartik, seorang penggiat budaya Sumsel.

Dalam suasana yang hangat dan penuh semangat, Niel Adrin memaparkan alasan mengapa Aksara Ulu Lahat perlu dilestarikan. "Aksara ini langka dan unik. Banyak yang tidak mengenalnya, dan kita khawatir aksara ini akan punah," ujar Niel. Ia melanjutkan bahwa aksara ini akan diperkenalkan sebagai mata pelajaran di sekolah tingkat dasar dan menengah pertama di Kabupaten Lahat. "Secara teknis, sedang dibahas apakah menjadi mata pelajaran muatan lokal atau P5. Yang terpenting, Aksara Ulu Lahat dapat diajarkan dan diterapkan di sekolah dengan slogan 'kenali, pelajari, gunakan'," tegasnya.

Tidak hanya itu, Kabid Kebudayaan Syaihul Azhari menjelaskan langkah-langkah kongkrit yang telah dan akan dilakukan. Sosialisasi telah dilakukan kepada pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, kepala OPD di lingkungan Pemkab Lahat, instansi vertikal, serta para guru dan pengawas. "Kami juga akan mengadakan bimtek Aksara Ulu Lahat kepada berbagai pihak, terutama guru-guru sekolah yang nantinya akan mengajarkan kepada siswa-siswi," kata Syaihul.

Mario Andramartik, seorang tokoh yang dikenal peduli terhadap peninggalan budaya, memberikan pandangan menarik mengenai asal-usul nama Aksara Ulu Lahat. Menurutnya, aksara ulu yang tersebar di Kabupaten Lahat diterakan di bambu gelondongan, gelumpai (bilah bambu), tanduk kerbau, kaghas, dan kertas. "Aksara ini berasal dan disimpan oleh masyarakat Lahat secara turun-temurun, bahkan dijadikan benda pusaka keluarga. Itulah mengapa disebut Aksara Ulu Lahat," jelas Mario.

Podcast yang dipandu oleh Bhika Reza ini mengalir dengan penuh antusiasme. Ketiga narasumber sepakat bahwa penerapan Aksara Ulu Lahat harus meluas, mulai dari nametag pegawai, nama jalan, nama gedung perkantoran, nama sekolah, hingga nama ruangan kelas di sekolah dan kantor. Mereka berharap aksara ini menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Lahat.

Di balik upaya ini, tersirat sebuah pesan mendalam: warisan budaya adalah identitas yang harus dijaga dan dilestarikan. Melalui Aksara Ulu Lahat, Kabupaten Lahat tidak hanya menjaga sebuah tradisi, tetapi juga merajut kembali benang-benang sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Dengan demikian, generasi muda dapat mengenal, mempelajari, dan menggunakan aksara ini sebagai bagian dari identitas mereka.

Langkah ini menunjukkan bahwa di tengah globalisasi, ada ruang bagi budaya lokal untuk bertahan dan berkembang. Kabupaten Lahat menjadi contoh bahwa pelestarian budaya bukan sekadar nostalgia, tetapi sebuah investasi bagi masa depan.