- Kasus Dugaan Korupsi Minyak Rp193 Triliun, Hensat: Jangan Dibawa ke Ranah Politik
- Rusia dan Ukraina Makin Panas, Harga Minyak Naik Lagi
- Dibantu Oknum Sekuriti, Pencuri 15 Jerigen Minyak Milik PT Pertamina di Musi Rawas Ditangkap
Baca Juga
Pada posisi 2 September tahun 2022 seharga 86,22 dolar AS per barel. Harga terakhir ini berada di bawah asumsi RAPBN 2023 yang sebesar 90 dolar AS per barel per informasi 18 Agustus 2022, sekalipun harga minyak mentah Indonesia berada di atas asumsi APBN tahun 2022 yang sebesar 63 dolar AS per barel.
Artinya, fenomena guncangan harga tinggi minyak mentah dunia telah mencapai antiklimaks. Tren harga minyak mentah dunia telah berubah dari naik menjadi turun secara bertahap. Oleh karena itu kenaikan harga BBM di dalam negeri, maupun pernyataan kuota BBM bersubsidi hendak habis lebih mirip sebagai prank pada periode aktual saat ini.
Badai guncangan perilaku harga minyak mentah tinggi dunia telah berakhir. Berbagai analisis tentang taktik Rusia memicu krisis harga tinggi miyak mentah dunia telah berakhir.
Berbagai spekulasi skenario prank bahwa Eropa akan gelap gulita menuju musim dingin ternyata berbeda dengan perkembangan harga minyak mentah dunia tersebut di atas, meskipun harga gas bumi memang masih meningkat 6,3 dolar AS per mmbtu per 27 Januari 2022 menjadi 9,27 dolar AS per mmbtu per 2 September 2022. Jadi persoalan krisis harga energi tinggi telah beralih dari minyak mentah ke gas bumi.
Meskipun demikian, pada posisi asumsi minyak mentah Indonesia yang sebesar 63 dollar AS per barel, maka persoalan selisih harga sebesar 23,22 dollar AS per barel di tingkat minyak mentah dunia itu adalah soal ketepatan prediksi asumsi harga minyak mentah Indonesia, yang memang seringkali meleset dibandingkan kondisi aktual minyak mentah dunia.
Evaluasi tentu bukan atas dasar harga on the spot, melainkan minimal atas rata-rata periode analisis, misalnya 3 bulan ataukah 6 bulan sekali. Hal ini karena jual beli minyak mentah dilakukan secara kontrak dengan periode tertentu.
Oleh karena itu sesungguhnya persoalan terletak pada transparansi sungguh sangat mengemuka.
Tidak ada justifikasi yang membenarkan untuk menaikkan harga BBM. apabila yang terjadi adalah trend harga minyak mentah dunia justru turun. Di samping itu prank guncangan dampak negatif manuver invasi Rusia ke Ukraina telah melemah, sedangkan kondisi geopolitik rumor China menginvasi Taiwan dan Korea Utara menginvasi Jepang, maupun potensi Rusia meluaskan konflik menginvasi ke Jepang juga tidak didukung oleh insiden di dunia nyata.
Peneliti Indef dan pengajar Universitas Mercu Buana
- Kasus Dugaan Korupsi Minyak Rp193 Triliun, Hensat: Jangan Dibawa ke Ranah Politik
- Stok Minyak Mentah AS Melonjak, Harga Brent dan WTI Terjun Bebas
- Pelestarian Hutan Versus Teror Negara