Melemang, Tradisi Leluhur yang Bertahan Sejak Ratusan Tahun

Kades Karang Raja, Octa Vianty sedang Melemang bersama warga dalam merayakan 10 Muharram 1444 H. (Noviansyah/Rmolsumsel.id).
Kades Karang Raja, Octa Vianty sedang Melemang bersama warga dalam merayakan 10 Muharram 1444 H. (Noviansyah/Rmolsumsel.id).

Muara Enim merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang kaya akan adat dan tradisi, salah satu yang masih di pertahankan sampai saat ini adalah tradisi Melemang.


Tradisi Melemang ini rutin setiap tahunnya dilakukan oleh masyarakat di Desa Karang Raja Kecamatan Muara Enim sejak ratusan tahun yang lalu.

Budaya unik ini biasa dilakukan setiap 10 Muharram, Lemang sendiri merupakan olahan makanan yang berbahan baku beras Ketan Putih atau Ketan Hitam yang diolah dan dimasak dengan cara dibakar di dalam bambu.

Setiap keluarga biasanya, berpartisipasi membuat Lemang pada perayaan 10 Muharram di setiap tahunnya, seiring berkembangnya waktu, Lemang sendiri telah mengalami banyak inovasi, seperti halnya lemang Durian dan Labu Kuning.

Kepala Desa Karang Raja, Octa Vianty mengatakan, tradisi melemang ini merupakan adat budaya yang telah diwariskan sejak ratusan tahun lalu oleh nenek moyang masyarakat desa Karang Raja.

Tradisi Melemang ini, ujar Octa, rutin dilaksanakan setiap tahunnya pada 10 Muharram, begitu juga tahun ini 1444 H, hal ini merupakan bentuk syukur warga terhadap hasil bumi yang melimpah, termasuk semua bahan yang ada pada Lemang itu sendiri.

"Keberadaan rempah dan bahan baku Lemang yang ada tentunya membantu masyarakat dalam melestarikan tradisi yang baik, yang diwariskan nenek moyang kami ini," jelas Octa kepada kantor berita RMOLSumsel. 

Bahan baku Lemang ini, sambung Octa, di antaranya ada Ketan Putih, Ketan Hitam, Kelapa, Pisang, jika musim durian biasanya ada juga kreasi atau inovasi warga yang membuat Lemang Durian.

Secara adat, kata Octa, sebelum acara Melemang itu, warga desa Karang Raja biasa berziarah ke makam nenek moyang, ada 2 tempat yang rutin diziarahi di dusun I dan Dusun V. 

Biasanya malam hari setelah ziarah, sanak saudara berkumpul di depan rumah untuk membakar Lemang dan dibagikan, siapapun yang datang ke desa Karang Raja pada malam Melemang tersebut selalu mendapat bagian, baik sanak saudara ataupun bukan.

Meskipun melemang ini membutuhkan bahan baku yang tidak sedikit apalagi bambu khusus Lemang ini (Buluh Dabuk) kata dia walaupun selama ini kebutuhan selalu tercukupi berkat hasil bumi yang melimpah termasuk bambu, pihaknya tetap berharap untuk menjaga tradisi budaya ini ada dukungan lebih dari pemerintah.

Dirasakannya, perayaan 10 Muharam 1444 H tahun ini, cukup meriah bila dibanding dengan tahun lalu, karena pandemi covid-19, apalagi muharram tahun ini bersamaan dengan kunjungan kerja Gubernur Sumatera Selatan.

"Hari ini juga di kediaman saya ada sekitar 100 kilogram ketan yang kita siapkan untuk menyambut Gubernur besok, Selasa 9/8) diperkirakan dengan bahan baku 100 kg tersebut bisa menghasilkan sekitar 800 atau 900 batang Lemang," ungkapnya.

Ke depan, ungkap Octa, kalau nanti sudah ada pinjam pakai, atau memiliki tanah masyarakat akan melakukan penanaman khusus bambu (kebun bambu) agar ke depan masyarakat tidak khawatir dan kesulitan untuk mencari bahan baku.

Meskipun Melemang dalam jumlah yang sangat banyak, pihaknya merasa tidak khawatir akan kesulitan mendapatkan semua bahan baku Melemang ini, termasuk bambu, karena setiap Muharram tiba, selama ratusan tahun sudah dijalani "Alhamdulillah selama ratusan tahun, tradisi Melemang ini tetap berjalan dan akan terus berjalan bersama pesan-pesan moral yang baik dalam tradisi ini," pungkasnya.

Sementara itu, salah satu warga yang menjadi panitia pembuatan lemang, Dewi Nurlela mengaku, setiap tahun dirinya bersama keluarga selalu membuat lemang dan belum pernah terlewatkan, setiap 10 Muharram tiba warga selalu membuat Lemang.

Jadi, kata Dewi, hari ini dirinya bersama warga lainnya berkumpul untuk membuat lemang, dalam mempersiapkan kunjungan gubernur dan panen raya.

"Semakin ke sini, perayaan 10 Muharram ini semakin meriah, dan lemangnya juga semakin bervariasi, kalau dulu hanya lemang putih dan lemang ketan hitam, sekarang ada Durian dan labu kuning (Perenggi), generasi muda juga ikut ambil bagian pada tradisi ini, seperti Karang Taruna dan remaja lainnya," ujarnya.