Kondisi beberapa makam Raja dan Sultan Palembang yang kurang terawat mendorong budayawan dan sejarawan membuat satu gerakan yang dinamakan “Peduli Makam”. Gerakan ini sebagai upaya menjaga bukti sejarah kota ini yang masih tersisa.
- Menyulap Sepeda Warisan Jadi Sepeda Kekinian
- Belum Juga Diresmikan MPP Palembang Terus Didatangi Deputi Pelayanan Publik KemenPAN-RB
- Pantau Pergerakan China, AS Bangun Satelit Pelacak Rudal
Baca Juga
Gerakan ini berawal dari tim paguyuban Pujakesuma (Putera Jawa Kelahiran Sumatera) bekerja sama dengan Kesultanan Palembang Darussalam (KPD) menggelar kunjungan ziarah dan diskusi ke makam para Para Raja dan Sultan Palembang.
Pada tahap pertama, kunjungan dilakukan ke makam Ario Damar atau Ario Dilla, yang berada di kawasan 20 Ilir, Kecamatan Ilir Timur I Palembang, Jumat (29/10).
Diskusi dihadiri oleh Staf Khusus Kebudayaan Gubernur Sumsel Abdul Azis Kemis, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Ketua Forum Palembang Bangkit, Forum Wisata dan Budaya (Forwida), Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (Agsi), Forum Kerukunan Mahasiswa Sumsel, aktivis kebudayaan Saudi Berlian, Benny Mulyadi, Benni Iskandar dan seluruh pembakti Kesultanan Palembang Darussalam.
Diskusi sekaligus ziarah makam ini dipandu oleh budayawan Palembang Vebri Al-Lintani dengan narasumber SMB IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja, Ketua Harian Pujakesuma Sumsel Hernoe Roesprijadji, dan sejarawan Kemas Ari Panji.
Ketua Harian Pujakesuma Sumsel, Hernoe Roesprijadji mengatakan, dipilihnya makam Ario Dilla sebagai kunjungan pertama ini karena tokoh ini adalah seorang yang legendaris. Tidak hanya terkenal di Palembang, tapi juga di nusantara.
“Menurut catatan sejarah, pada tahun 1445 Ario Damar mendapat tugas dari Brawijaya V menjadi Adipati di negeri Palembang. Ketika itu dia mengawini Sendang Biduk, putri Sultan Mughni (keturunan Demang Lebar Daun) yang beragama Islam dan berubah nama menjadi Ario Dilla,” kata pria yang juga Sekretaris PWNU Sumsel ini.
Selain itu, kata Hernoe, dia pribadi mendapat amanah dari gurunya untuk merawat makam Ario Dilla.
“Sudah cukup lama saya mendapat amanah dari guru saya agar merawat makam Ario Dilla ini. Oleh karena itu, saya sampaikan kepada Vebri Al Lintani (Ketua Panitia) agar melakukan kegiatan ini. Alhamdulillah niat saya ini direspons baik oleh SMB IV Jaya Wikrama Fauwaz Diraja,” ucap Hernoe.
Niat baik Hernoe ini mendapat sambutan baik oleh para tokoh yang hadir dalam diskusi, terutama oleh SMB IV.
“Kami berterimakasih kepada mas Hernoe yang telah menunjukkan perhatiannya. Menghargai para tokoh pendahulu seperti Ario Damar ini adalah tugas kita semua. Salah satu wujud dari penghargaan kepada para tokoh adalah dengan merawat makam yang merupakan bukti keberadaan mereka. Untuk itu, ke depan saya mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam merawat makam para Raja dan Sultan Palembang,” ujar SMB IV.
Ketua Panitia Diskusi dan Ziarah Makam, Vebri Al Lintani menyampaikan, kondisi makam para Raja dan Sultan di Palembang saat ini sangat memprihatinkan.
“Satu contoh adalah makam Ario Dilla yang kita kunjungi ini. Lihatlah makam tanpa pagar ini, berada di perlintasan Lorong Buyut dan digunakan tempat parkir oleh penduduk. Padahal lapangan ini menurut kuncen telah dibeli dan dihibahkan kepada Pemkot Palembang,” tuturnya.
Pernyataan Vebri dibenarkan Nyimas Halimah yang menjadi kuncen atau juru kunci makam Ario Dilla.
“Saya lahir di tempat ini dan meneruskan pekerjaan ayah saya sebagai kuncen. Dulu tempat ini begitu dikeramatkan dan tidak ada penduduk yang berani berbuat macam-macam di sekitar makam buyut Ario Dilla ini. Posisi makam ini dahulu berada di belakang rumah kami yang sekarang menjadi lapangan, tempat kita melakukan kegiatan sekarang ini. Lalu pada masa Kapolda Sumsel Putra Astaman, rumah dibeli dan dibongkar,” terang Halimah.
“Harapannya makam Ario Dilla ini banyak-banyak dikunjungi dan agar ada pemugaran. Paling tidak (dibangun) ada pagarnya,” imbuh Halimah.
Budayawan Palembang, Mang Amin dan Sejarawan, Kemas Ari Panji mendukung pernyataan Halimah. Bahkan mereka hadir ketika penyerahan tanah ke Pemkot yang ketika itu dipimpin Wali Kota Eddy Santana Putra.
“Sebaiknya ditelusuri lagi arsip surat tanah makam Ario Dilla yang diserahkan di Pemkot. Bagian apa yang menyimpan. Karena ini penting untuk kepentingan revitalisasi makam Ario Dilla,” katanya.
Di sisi lain, sejarawan Kemas Ari Panji menyoal kontroversi dua makam yang memiliki identitas yang sama. Nisan makam di bawah bertuliskan Ario Damar, sedangkan makam di atas Ario Dilla.
“Kita harus menetapkan lagi mana makam Ario Dilla yang benar, yang di (bawah) sini atau yang di atas. Sepengetahuan banyak pihak termasuk yang disampaikan oleh kuncen bu Halimah, makam (di bawah) inilah yang benar. Sedangkan yang di atas adalah panglimanya. Selain itu, di makam ini perlu dilengkapi dengan narasi sejarah agar pengunjung tahu sejarahnya,” ujarnya.
Satu rekomendasi penting dari kegiatan ini adalah usulan dibentuknya Tim Revitalisasi Makam Ario Dilla agar dapat merumuskan solusi, baik dari sisi sejarah mapun dari sisi tata kelola makam.
Di Palembang antara abad XIV-XVII banyak memiliki bukti nyata sejarah mengenai keberadaan masa lalu Palembang yang patut diperhatikan. Beberapa lokasi pemakaman Raja dan Sultan Palembang yang patut mendapat prioritas perhatian adalah:
- Makam Ario Damar/Ario Abdilla (Ario Dilla)
- Kompleks Pemakaman Ki Gede Ing Suro
- Kompleks Pemakaman Sido Ing Lautan
- Kompleks Pemakaman Cinde Welan (Sunan Abdurachman)
- Kompleks Pemakaman Kawah Tekurep
- Kompleks Pemakaman Sultan Muhammad Mansur (Kebon Gede)
- Kompleks Pemakaman Talangkeranggo
Para tokoh yang dimakamkan pada pemakamaman tersebut di atas merupakan orang-orang hebat yang memiliki jasa bagi perkembangan peradaban dan budaya di Palembang. Namun, melihat kondisi makam mereka saat ini sangat memprihatinkan dan masih perlu banyak pembenahan, baik dari sisi penataan bangunan makam maupun dari sisi manajemen.
“Bertolak dari pemikiran tersebut, kami menggiatkan satu gerakan Peduli Makam dengan agenda awal ziarah dan diskusi makam-makam Raja dan Sultan Palembang. Setelah itu, kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengupayakan bentuk-bentuk konkret lainnya berupa pemugaran bangunan makam dan pembenahan manajemen makam agar dapat bermanfaat secara maksimal, baik untuk kepentingan sejarah, budaya maupun kepariwisataan,” tukas Vebri Al Lintani.
- Burung Merpati Ini Laku Terjual Rp1,5 Miliar
- Ukraina Bakal Kirim Bantuan 1.000 Gandum Pertama ke Jalur Gaza
- Resmi Deklarasi Jadi Capres, Trump Masih Dilarang Kampanye di Facebook