Lebih dari 71 Ribu Pemilih Empat Lawang Absen di Pilkada 2024, KPU Ditantang Tingkatkan Partisipasi PSU

Ketua KPU Empat Lawang, Eskan Budiman. (ist/rmolsumsel.id)
Ketua KPU Empat Lawang, Eskan Budiman. (ist/rmolsumsel.id)

Tingkat partisipasi pemilih dalam Pilkada Empat Lawang yang digelar pada 27 November 2024 menjadi sorotan. 


Sebanyak 71.412 warga terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) tercatat tidak menggunakan hak pilihnya alias golput.

Berdasarkan data dalam dokumen D Hasil Kabupaten yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU) Empat Lawang pada 2 Desember 2024, dari total 257.020 pemilih yang terdaftar, hanya 185.608 orang yang hadir ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). 

Angka partisipasi ini memunculkan kekhawatiran terkait efektivitas penyelenggaraan pesta demokrasi di tingkat daerah.

Minimnya partisipasi disebut-sebut berkaitan dengan pilihan terbatas dalam Pilkada kali ini. Hanya terdapat satu pasangan calon, yakni H Joncik Muhammad – Arifai (nomor urut 2), yang berhadapan dengan kotak kosong (nomor urut 1).

Salah satu warga yang enggan disebut namanya mengaku memilih untuk tidak datang ke TPS karena tidak ada pilihan yang sesuai.  

“Males nyoblos kemarin. Karena tidak ada pilihan dan kita sudah tahu siapa yang menang,” ujarnya.

KPU Empat Lawang pun kini dihadapkan pada tantangan berat untuk meningkatkan partisipasi publik dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) yang dijadwalkan berlangsung pada 19 April 2025.  

Ketua KPU Empat Lawang, Eskan Budiman, menegaskan bahwaPSU tetap akan menggunakan DPT yang sama seperti Pilkada 2024.  

“Ya, DPT pada PSU nanti akan menggunakan DPT pada Pilkada serentak 2024,” katanya saat dikonfirmasi media.

Sebagai informasi, DPT Pilkada 2024 sempat mengalami penurunan dibandingkan DPT pada Pemilu Februari lalu. Dari sebelumnya 257.353 pemilih, kini tercatat sebanyak 257.020, atau berkurang 333 pemilih.

DPT tersebut tersebar di 156 desa/kelurahan dengan total 530 TPS reguler dan satu TPS khusus di Lapas Kelas IIB Empat Lawang. 

Secara administratif, Kabupaten Empat Lawang terdiri dari 10 kecamatan, dengan Tebing Tinggi menjadi wilayah dengan jumlah pemilih terbanyak, mencapai lebih dari 52 ribu orang.

Tingginya angka golput disinyalir menjadi cerminan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap proses politik lokal atau lemahnya edukasi politik kepada pemilih.