Krisis ketahanan pangan global yang dipicu oleh perang di Ukraina membuat lebih banyak orang meninggalkan negara mereka, memicu krisis pengungsi.
- Harga Komoditas Pangan Masih Tinggi pada Awal Februari 2025
- Sidak ke Seluruh Pasar, Ketersediaan Pangan di Muara Enim Dipastikan Aman Jelang Ramadhan
- Nataru, Ketersediaan Pangan di Sumsel Dipastikan Aman
Baca Juga
Laporan dari badan pengungsi PBB, UNHCR, pada Kamis (16/6) menunjukkan sekitar 89,3 juta orang di seluruh dunia terpaksa mengungsi karena penganiayaan, konflik, pelecehan, dan kekerasan pada akhir tahun 2021.
Sementara itu, jutaan orang lainnya juga telah meninggalkan Ukraina atau mengungsi di dalam perbatasannya.
"Jika Anda memiliki krisis pangan di atas semua yang saya jelaskan, perang, hak asasi manusia, iklim, itu hanya akan mempercepat tren yang saya jelaskan dalam laporan ini," kata Kepala UNHCR, Filippo Grandi.
“Jelas dampaknya jika tidak segera diselesaikan akan cukup dahsyat," tambahnya, seperti dikutip Reuters.
Secara keseluruhan, jumlah pengungsi meningkat setiap tahun selama dekade terakhir. Sekarang lebih dari dua kali lipat dari 42,7 juta orang yang mengungsi pada tahun 2012.
Grandi juga mengkritik apa yang disebutnya sebagai "monopoli" sumber daya yang diberikan ke Ukraina sedangkan program lain untuk membantu para pengungsi kekurangan dana.
"Ukraina seharusnya tidak membuat kita melupakan krisis lain," tegasnya.
Ia juga menekankan, tanggapan Uni Eropa terhadap krisis pengungsi "tidak setara".
Dia membandingkan perselisihan antara negara-negara atas penerimaan kelompok-kelompok kecil migran yang menyeberangi Laut Tengah dengan perahu dengan kemurahan hati negara-negara Uni Eropa dengan para pengungsi Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari.
Laporan itu mengatakan bahwa negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menampung 83 persen pengungsi dunia pada akhir tahun 2021.
- Harga Komoditas Pangan Masih Tinggi pada Awal Februari 2025
- Kapolda Aceh Sebut UNHCR Kurang Responsif Tangani Permasalahan Pengungsi Rohingya
- DPR RI Minta UNHCR dan IOM Sediakan Penampungan Pengungsi Rohingya