Korupsi dan Birokrasi, Penyakit Ekonomi Indonesia Sesungguhnya

Pandemi Covid 19 dituding ekonom pemerintah sebagai biang kegagalan ekonomi Indonesia untuk bangkit dari resesi. Padahal sesungguhnya itu hanya sebuah kambing hitam bahkan secara politis menjadi alat untuk menutupi kegagalan pemerintah dalam mengatasi ekonomi.


Padahal persoalan ekonomi Indonesia sesungguhnya adalah korupsi dan birokrasi yang lelet hingga menyebabkan investasi berbiaya tinggi.

"Secara politis masalah Covid ini membuat pemerintah dan ekonom menjadi senang karena ada yang bisa dikambinghitamkan. Sebenarnya ekonomi Indonesia itu sudah bermasalah sejak awal. Sekarang Covid menjadi kambing hitam terhadap masalah ekonomi Indonesia. Pokoknya banyak lah yang jadi kambing hitam, itu menandakan kalau Menteri Keuangan dan para ekonomnya kalap," terang ekonom senior Indonesia, Fuad Bawazier dalam diskusi virtual Obrolan Bang Ruslan, Selasa (20/10/2020).

Soal pertumbuhan ekonomi yang disampaikan Menteri Ekonomi, Sri Mulyani bahwa ke depan akan mencapai minus 2,9 hingga minus 1 persen, Fuad tidak yakin atas prediksi itu karena seharusnya prediksi itu dikeluarkan oleh Bank Indonesia karena merekalah lembaga yang berwenang. Selain itu prediksi ekonomi Indonesia juga berbeda beda, tergantung siapa yang mengeluarkan.

"Jadi jangan terlalu percaya karena BI, IMF, Bank Dunia itu mengeluarkan prediksi yang beda. Tergantung kepentingan, prediksi yang dikeluarkan pemerintah juga berbeda. Begitulah omongan seorang ekonom," ujarnya.

Menteri Keuangan di masa akhir Presiden Soeharto ini mengungkapkan, masalah ekonomi Indonesia sesungguhnya adalah akibat korupsi yang sudah mengakar. Utang negara yang besar ternyata banyak digunakan para konglomerat dan ujung-ujungnya dibawa lari. 

Selain itu birokrasi yang panjang membuat investasi jadi lamban dan menimbulkan korupsi. Kegagalan ekonomi ditambah dengan Covid sehingga malah menjadi menutupinya. Ada saja alasan untuk menyalahkan.

"Termasuk menyalahkan Anies karena melakukan pengetatan ekonomi dengan melakukan kembali PSBB. Pokoknya apa saja bisa disalahkan," ungkapnya.

Utang Indonesia saat ini sudah mencapai Rp 6000 triliun. Sem,entara realisasi hutang tahun ini sebesar Rp 810 triliun. Di sisi lain penerimaan pajak hanya diangka Rp 792 triliun. Sehingga kalau ada yang mengatakan ekonomi Indonesia membaik dibanding negara negara lain, itu tidak fair dan menyesatkan.

"Kalau ada ekonom yang ngomongnya fundamental kita bagus, ekonomi kita baik. Sudah nggak usah dipercaya. Atau ada lagi yang ngomong posisi ekonomi kita  kita lebih bagus atau kita di jalan yang benar. Itulah bahasa-bahasa ekonom semua. Pas ekonomi kita hancur nanti mereka itu menyalahkan pemimpin, menyalahkan Pak Jokowi. Lihat lah nanti. Saya punya pengalaman itu, termasuk sejak di Orde Baru dulu. Para ekonom itu ngomongnya bagus bagus biar mereka dipakai. Pas ekonomi hancur mereka balik menyalahkan Pak Harto," ungkap mantan Dirjen Pajak tahun 1988 ini.