Banyaknya peralatan pandai besi modern yang ada saat ini tak membuat pengrajin besi asal Muara Enim beralih untuk menggunakannya. Sebagian besar mereka tetap menerapkan cara tradisional untuk menghasilkan berbagai peralatan yang terbuat dari besi.
- Desakan Warga Dikabulkan, Izin Dispensasi Angkutan Batubara PT DBU Tak Diperpanjang
- Operasional PT ASL Dihentikan Sementara, Diduga Penyebab Pencemaran Sungai Lubai yang Tewaskan Ribuan Ikan
- Muara Enim Tak Mau 'Instan', Kirim Putra-Putri Asli di STQH ke-28
Baca Juga
Seperti yang dilakoni Raimani (37), salah satu perajin besi di desa Lubuk Emplas Kecamatan Muara Enim. Di tengah kecanggihan teknologi saat ini, Raimani tetap mempertahankan cara penempaan besi tradisional yang didapatnya secara turun menurun dari orang tuanya.
Profesi Tukang Tempeu, sebutan warga lokal untuk pandai besi telah dilakoninya sekitar 20 tahun. Sejak remaja, dirinya telah diajarkan orang tuanya cara menempa besi menjadi peralatan seperti pisau, pedang, arit, dodos, linggis.
"Sejauh ini saya tetap konsisten untuk mengutamakan kualitas barang yang saya buat, karena usaha ini selain warisan orang tua, juga warisan budaya, karena beberapa peralatan khas lokal seperti Kuduk dan Gerahang banyak dipesan," ujarnya kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Senin (7/11).
Dikatakan Raimani, selama menjadi pandai besi, sudah ribuan alat yang diproduksinya. Namun, dia tetap konsisten membuat senjata tradisional khas masyarakat Sumsel yakni Kuduk. Semacam pisau kecil yang dibuat melengkung.
Bahan baku yang untuk membuat alat tersebut berasal dari berbagai besi bekas yang dibelinya. Seperti bekas per mobil ataupun kelahar. Menurutnya, bahan baku ini memiliki kualitas tinggi untuk ditempa.
Pekerjaan ini menurutnya sangatlah unik dan membutuhkan konsistensi yang tinggi, karena banyaknya masyarakat yang memesan jadi sudah barang tentu dirinya harus menjaga kepercayaan konsumen.
Dirinya tidak merasa khawatir dengan persaingan industri saat ini, karena menurutnya perajin besi mempunyai nilai tersendiri di mata masyarakat.
"Untuk pemasaran, tidaklah sulit karena biasanya sudah ada pesanan untuk dikerjakan di setiap harinya, selain itu juga kami mendistribusikan barang ke beberapa toko langganan," ungkapnya.
Untuk harga, kata dia, bervariasi mulai dari Rp50 ribu hingga mencapai Rp200 ribu "Dalam sehari, biasanya kami memproduksi sekitar 10 peralatan," pungkasnya.
- Desakan Warga Dikabulkan, Izin Dispensasi Angkutan Batubara PT DBU Tak Diperpanjang
- Operasional PT ASL Dihentikan Sementara, Diduga Penyebab Pencemaran Sungai Lubai yang Tewaskan Ribuan Ikan
- Muara Enim Tak Mau 'Instan', Kirim Putra-Putri Asli di STQH ke-28