Prospek komoditas kelapa sawit masih di tengah kondisi ekonomi global yang kurang baik dan di saat Amerika Serikat (AS) akan menghadapi gelaran pemilihan presiden 2024.
- Aktivis Desak Pemerintah Pusat Bentuk Satgas Tangani Pencemaran Lingkungan di Sumsel, PT GON Jadi Sorotan
- Penerimaan Pajak Sumsel Melonjak Tajam, Perkebunan Sawit dan Karet Jadi Penyumbang Terbesar
- Produksi CPO Anjlok Akibat Cuaca, Stok Minyak Sawit Capai Titik Terendah
Baca Juga
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan permintaan sawit terus meningkat. Untuk AS, permintaan bahkan telah meningkat mendekati 2 juta ton.
"Prospek masih bagus, kita melihat Amerika Serikat justru permintaan akan sawit terus meningkat, terakhir bahkan sudah mendekati angka 2 juta ton," ujar Ketua Umum GAPKI Eddy Martono, dikutip Sabtu (29/6).
Eddy mengatakan bahwa negara-negara besar seperti Amerika Serikat membutuhkan sawit terutama untuk sektor industri mereka.
Sawit itu merupakan salah satu minyak nabati dunia. Ketika Gapki melihat begitu pemerintah melarang ekspor maka dunia menjadi goncang dengan tidak adanya sawit.
"Sawit tidak bisa hilang dari dunia, artinya mereka sangat membutuhkan. Jadi artinya bahwa pergerakan ekspor turun atau apa itu hanya seasonal atau musiman saja," kata Eddy. (end/ant)
Pemilu Presiden (Pilpres) AS akan dilaksanakan pada 5 November 2024. Donald Trump dari Partai Republik muncul menantang petahana Joe Biden dari Partai Demokrat.
- Tarif Impor Trump untuk China Terus Bertambah Jadi 145 Persen
- Trump Mendadak Tunda Penerapan Tarif 90 Hari, China Justru Diganjar 125 Persen
- Harga Emas Spot Tergelincir karena Investor Beralih ke Dolar AS sebagai Aset Safe Haven