Koalisi PDI - Gerindra tanpa Prabowo - Puan di 2024?

Prabowo Subianto dan Puan Maharani dalam sebuah kesempatan. (rmol)
Prabowo Subianto dan Puan Maharani dalam sebuah kesempatan. (rmol)

Koalisi antara PDI Perjuangan dengan Gerindra bisa diprediksi terjadi. Selain keduanya memiliki ikatan sejarah sama, juga pernah membangun koalisi ketika Pilpres 2009, mengusung pasangan Megawati-Prabowo. Meskipun Gerindra dan PDIP  pernah renggang di Pilpres 2014 dan 2019 karena berbeda dalam mengusung capres-cawapres.


"Tetapi di Pemilu 2024 keduanya diprediksi akan kembali bersatu, karena secara ideologi kedua partai ini sejatinya tidak memiliki hambatan ideologis, sama-sama sebagai partai nasionalis," kata Pengamat Politik Universitas Singaperbangsa Karawang, Gili Argenti kepada Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (2/12).

Hanya saja, tantangan PDIP dan Gerindra dalam membangun koalisi terletak pada kesepakatan siapa capres dan cawapresnya.

"Karena presentasi suara terbesar di DPR RI berdasarkan hasil Pemilu 2019 kan PDIP, kemudian baru Gerinda. Akan terjadi tarik menarik kepentingan, apakah Prabowo sebagai capres, kemudian Puan Maharani sebagai cawapresnya," ujarnya.

Sampai saat ini elektabilitas Prabowo jauh di atas Puan Maharani. Akan tetapi kursi PDIP lebih besar dari Gerindra.

"Jadi koalisi masih dinamis, meski sekarang ada kedekatan antara kedua partai ini, saya melihatnya sebagai bentuk komunikasi saja," bebernya.

Akan tetapi, jika berbicara soal pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani untuk Pilpres 2024, Gili menilai masih kurang pas. Sebab komposisi politik negara ini biasanya mewakili dua kutub yakni kelompok nasionalis dengan kelompok Islam. 

Sedangkan figur Prabowo dengan Puan Maharani keduanya sama-sama mewakili kelompok nasionalis. "Perlu dipertimbangkan format koalisi seperti ini, karena kita tak bisa memungkiri pemilih Islam juga sangat besar dalam peta politik elektoral," kata Gili Argenti kepada Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (2/12).

Gili menengarai, pemilih Prabowo dalam dua kali Pilpres banyak berasal dari pemilih muslim. Artinya, suara Prabowo di dua pilpres sebelumnya disumbang dari kelompok ini.

Hal itu lantas menjadi pertanyaan. Apabila PDIP dan Gerindra memasangkan Prabowo-Puan, apakah pemilih setianya akan kembali memberikan suara.

"Saya melihatnya ini masih jauh, masih taraf komunikasi dan penjajakan koalisi, politik akan dinamis kedepan," tandasnya.