Kisah Kepsek SMAN 6 Palembang, Aktif Melukis, 2,5 Bulan Hasilkan 25 Karya

Dua seniman lukis asal Palembang, Fir Azwar dan Iqbal J Permana. Keduanya  berkolaborasi dalam pagelaran seni rupa bertajuk “Sukma Ekologis”/Foto:Adam Rachman
Dua seniman lukis asal Palembang, Fir Azwar dan Iqbal J Permana. Keduanya berkolaborasi dalam pagelaran seni rupa bertajuk “Sukma Ekologis”/Foto:Adam Rachman

Tak seperti Bandung dan Yogyakarta atau pun Bali yang menjadi tolok ukur perkembangan seni lukis di  Indonesia, iklim seni lukis di Kota Palembang masih belum begitu marak. 


Namun, kondisi tersebut ingin dibangkitkan oleh dua seniman lukis asal Palembang, Fir Azwar dan Iqbal J Permana. Keduanya berhasil berkolaborasi dalam pagelaran seni rupa bertajuk “Sukma Ekologis” Dalam Karya Iqbal J Permana dan Fir Azwar di Auditorium RRI Palembang, Kamis (10/11). 

Sebanyak 53 karya lukisan keduanya disajikan dalam pagelaran seni tersebut. Tak hanya itu, keduanya juga mempertontonkan keahliannya dengan berkolaborasi membuat dua lukisan yang ketika disatukan membentuk gambar ikan belido. 

Kedua seniman ini sebenarnya lebih aktif berkecimpung dalam dunia sastra dengan membuat beragam puisi maupuncerita pendek. Khususnya bagi Fir Azwar. Pria yang saat ini menjabat sebagai Kepala Sekolah SMAN 6 Palembang ini menceritakan, dirinya sebenarnya sudah menghasilkan karya lukis sejak 1980. 

Namun perjalanannya tidak konsisten. Barulah aktif kembali melukis sekitar tahun 2019. Melihat dirinya yang cukup aktif melukis, rekan-rekan seniman lainnya memberi saran untuk menggelar pameran lukisan hasil karyanya. 

Hanya saja, hasil karyanya belum begitu banyak. Hingga akhirnya, pria kelahiran 7 Januari 1966 silam itu mengebut produksi karyanya. Hasilnya, sebanyak 25 lukisan selesai dibuatnya dalam kurun waktu hanya 2,5 bulan.

“Total karya saya yang dipamerkan disini ada sebanyak 30 lukisan,” kata Fir Azwar saat dibincangi usai acara pembukaan pagelaran seni. 

Fir kerap mengangkat tema ekologis dalam setiap karyanya. Baik itu puisi maupun lukisan. Kesan alam pesisir dan budaya pedesaan tempat dia dibesarkan begitu terekam dalam memori kehidupannya. 

Oleh karenanya, karya-karya Fir Azwar mengkespresikan berbagai cerita tentang jenis ikan, lebak, sungai, perahu kajang, dan berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya. 

“Makanya saya berkolaborasi dengan Iqbal Permana yang juga sejak dulu aktif menghasilkan karya mengenai ekologis. Dari situ juga, pagelaran seni rupa ini dinamakan Sukma Ekologis,” bebernya. 

Waktu yang ditempuh Fir untuk menghasilkan karya lukisan tersebut beragam. Hanya saja, karena sebagian besar mengusung tema ekologis yang sejak dulu dikuasainya, maka penyelesaiannya bisa cepat. 

“Tergantung dari tingkat kesulitannya. Tapi karena sudah terekam dikepala jadinya bisa cepat selesainya,” ucapnya. 

Seni lukis di Kota Palembang cukup banyak penggiatnya. Namun, iklimnya masih begitu kecil. Tak seperti di Kota Bandung, Yogyakarta atau pun Bali.

Buktinya, sebelum pagelaran seni lukis itu diselenggarakan, pihaknya sempat menggelar lomba lukis tingkat pelajar se-Kota Palembang. 

“Pesertanya ada 78  orang. Artinya animo atau penggiatnya memang banyak disini. Tetapi iklimnya yang belum terbentuk. Ibarat api, apinya sangat kecil,” terangnya. 

Dia berharap, pagelaran seni yang digelar tersebut dapat memantik penggiat seni lukis di Kota Palembang untuk semakin banyak menghasilkan karya.

“Khusus untuk generasi milenial jangan takut untuk berkarya,” tandasnya.