Banyaknya warga yang mulai mengabaikan protokol kesehatan (prokes) menimbulkan kekhawatiran tersendiri dari Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Palembang, dr Zulkhair Ali. Bahkan, dia mengibaratkan situasi Pandemi bak sinetron Ikatan Cinta yang tak kunjung usai.
- Terpidana Korupsi Alat Pencegahan Covid-19, Leksi Yandri Dijebloskan ke Penjara
- HMPV Tidak Akan Jadi Pandemi Seperti Covid-19
- HMPV Melonjak di China, Indonesia Diminta Waspada
Baca Juga
“Saya tulis status seperti itu karena memang hingga saat ini belum terlihat ujungnya seperti apa. Ditambah lagi masyarakat mulai abai dengan prokes. Dan yang paling banyak abai ini ibu-ibu. Sinetron ini kan paling dekat dengan ibu-ibu. Mudah-mudahan bisa mengingatkan agar tidak abai,” kata Zulkhair saat dibincangi, Kamis (2/12).
Zulkhair mengatakan, kondisi Pandemi saat ini memang sudah sangat rendah. Bahkan, penambahan angka positif di beberapa hari tertentu menyentuh angka nol. Namun, bukan berarti kondisi tersebut sudah selesai. “Belum sepenuhnya normal,” katanya.
Menurutnya, ada dua alasan membuat dirinya berkesimpulan jika pandemi belum usai. Pertama yakni munculnya berbagai varian baru di berbagai negara. Temuan kasus mutasi Covid-19 masih terus timbul dengan beragam gejala yang menyerang penderitanya.
“Kita tidak tahu, varian baru ini apakah bisa ditangkal dengan vaksin yang telah disuntikkan. Sehingga potensi penularan ataupun resiko kematian akibat Covid-19 masih bisa dialami penderita meskipun sudah divaksin,” ucapnya.
Kedua mulai abainya disiplin pelaksanaan prokes masyarakat. Lemahnya disiplin prokes membuat potensi penularan tinggi hingga berujung lonjakan kasus. Jika kondisi terus dibiarkan, Pandemi tidak akan pernah usai.
Dijelaskannya, selama dua tahun Pandemi, pemerintah sudah dua kali abai. Pertama ketika Covid-19 muncul di negara tetangga. Saat itu, pemerintah tidak terlalu serius menanggapinya hingga akhirnya masuk ke Indonesia. Kedua, ketika varian baru yang muncul di India.
“Untuk varian baru Omicron ini, pemerintah sudah cukup sigap dengan menutup seluruh penerbangan dari beberapa negara,” ucapnya.
Hanya saja, tindakan tersebut belum cukup untuk mencegah masuknya varian baru ke Indonesia. Khususnya Sumsel. Sebab, varian baru tidak bisa terdeteksi dengan PCR Test. “Proses pendeteksiannya hanya bisa dilakukan dengan alat Genomic Test yang hanya ada di beberapa kota. Palembang tidak punya. Kita harus mengirim sampel ke Jakarta dan Bandung,” bebernya.
Bukan tidak mungkin, kata Zulkhair, virus tersebut sudah masuk ke Indonesia. Namun belum saja terdeteksi. “Jadi tidak ada pilihan lain bagi masyarakat untuk disiplin prokes. Terutama menggunakan masker,” tandasnya.
- Terpidana Korupsi Alat Pencegahan Covid-19, Leksi Yandri Dijebloskan ke Penjara
- HMPV Tidak Akan Jadi Pandemi Seperti Covid-19
- HMPV Melonjak di China, Indonesia Diminta Waspada