Kepemimpinan HDCU Diragukan Pengamat: Sekda dan Birokrasi Diprediksi Ambil Peran Utama Pemerintahan Sumsel Lima Tahun ke Depan 

Sekda Provinsi Sumsel, Edward Chandra saat memimpin apel/ist
Sekda Provinsi Sumsel, Edward Chandra saat memimpin apel/ist

Setelah pesta demokrasi di Sumatera Selatan (Sumsel) usai, perhatian kini tertuju pada kepemimpinan gubernur dan wakil gubernur yang meraih suara terbanyak, Herman Deru dan Cik Ujang (HDCU). Namun, sejumlah pengamat memprediksi bahwa masa depan Sumsel di bawah kepemimpinan HDCU tidak akan banyak menghadirkan perubahan signifikan.


Direktur Pusat Studi Kebijakan dan Politik (PSKP), Ade Indra Chaniago, menyatakan bahwa rekam jejak keduanya menjadi dasar keraguan akan kemampuan mereka memajukan Sumsel. Ia menilai, kepemimpinan HDCU kemungkinan besar akan bergantung pada peran Sekretaris Daerah (Sekda) dan pejabat struktural lainnya sebagai motor penggerak birokrasi.

"Kita jangan terlalu berharap banyak, karena rekam jejak mereka sudah cukup menjadi gambaran. Bukan tidak mungkin Sekda dan pejabat struktural lainnya akan menjadi 'bumper' yang menangani banyak tugas strategis yang seharusnya diemban oleh kepala daerah," ujar Ade, Selasa (2/12).

Menurutnya, Sekda sebagai alat birokrasi gubernur mungkin akan memainkan peran yang lebih dominan, terutama jika arahan dari gubernur sendiri tidak cukup jelas atau visioner. Ia menambahkan, karakteristik kepemimpinan seperti ini berisiko menimbulkan resistensi dari jajaran birokrasi terhadap kepala daerah.

"Kalau Sekda dan pejabat lainnya terlalu banyak mengambil peran, idealnya mereka mendapat arahan yang jelas dari kepala daerah. Jika tidak, ini justru berpotensi menciptakan masalah baru di internal birokrasi," jelas Ade.

Herman Deru dan Cik Ujang saat tampil pada debat Pilgub Sumsel/repro

Tidak terlepas dari dinamika yang terjadi di masa kampanye, termasuk debat publik, pengamat politik lainnya, Bagindo Togar, juga pesimis terhadap kepemimpinan HDCU. Ia menilai lima tahun ke depan Sumsel berpotensi stagnan jika pasangan ini tidak mampu mengarahkan pembangunan secara strategis.

"Kepemimpinan HDCU ini cenderung biasa saja. Tidak ada hal yang istimewa, bahkan kemungkinan besar Sumsel akan stagnan dalam lima tahun ke depan," ungkap Bagindo.

Bagindo mengkritisi kinerja Herman Deru saat menjabat sebagai Gubernur Sumsel sebelumnya, yang menurutnya belum mampu membawa perubahan signifikan bagi provinsi ini. Hal serupa juga ia sampaikan tentang Cik Ujang, yang dianggap gagal memajukan Kabupaten Lahat selama masa kepemimpinannya sebagai bupati.

"Jika melihat rekam jejak keduanya, kita sulit berharap ada terobosan besar untuk Sumsel. Infrastruktur, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat belum menunjukkan kemajuan berarti. Dengan rekam jejak ini, sulit untuk optimis," tambahnya.

Bagindo juga memprediksi bahwa Herman Deru akan lebih mendominasi peran dibandingkan Cik Ujang, meskipun perbedaan kualitas kepemimpinan keduanya tidak cukup untuk menghasilkan perubahan signifikan.

"Peran utama tetap ada di kepala daerah. Tapi jika mereka terus mengandalkan Sekda atau birokrasi untuk menjalankan roda pemerintahan tanpa arahan yang jelas, Sumsel hanya akan jalan di tempat," pungkas Bagindo.

Para pengamat sepakat bahwa kerja sama yang solid antara gubernur dan wakil gubernur, serta visi yang jelas dalam memimpin, menjadi kunci untuk menghindari stagnasi Sumsel di bawah kepemimpinan HDCU. Namun, jika peran Sekda terlalu dominan, hal ini justru bisa menjadi cerminan lemahnya kepemimpinan kepala daerah.