Kegagalan Sriwijaya FC ke Liga 1, Tak Hanya Akibat Faktor Predator Lini Depan

Starting eleven Sriwijaya FC saat menghadapi RANS Cilegon FC pada laga terakhir babak 8 Besar Liga 2 2021 di Stadion Pakansari, Bogor, Rabu (22/12). (MO Sriwijaya FC/rmolsumsel.id)
Starting eleven Sriwijaya FC saat menghadapi RANS Cilegon FC pada laga terakhir babak 8 Besar Liga 2 2021 di Stadion Pakansari, Bogor, Rabu (22/12). (MO Sriwijaya FC/rmolsumsel.id)

Gelaran Liga 2 2021 telah usai pada Kamis malam (30/12). Tiga klub “sultan” sukses promosi ke Liga 1 musim depan yakni Persis Solo, RANS Cilegon United, dan Martapura Dewa United.


Sriwijaya FC yang musim ini kandas di babak 8 Besar harus kembali berjuang musim depan untuk kembali ke kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia, Liga 1. Dengan kegagalan ini, berarti sudah dua musim Sriwijaya tertahan di Liga 2 yakni sejak musim 2019 dan 2021. Liga 2 2020 tidak digelar karena pandemi Covid-19.

Di musim 2021, sebenarnya penampilan Laskar Wong Kito cukup meyakinkan. Tergabung di Grup A pada babak penyisihan, Sriwijaya mengantongi 6 kemenangan, 2 hasil imbang, dan 2 kali kalah. Hasil ini membuat Dedi Hartono dkk melaju ke babak 8 Besar sebagai juara grup.

Masalah menerpa Sriwijaya karena tergabung di Grup X babak 8 Besar di mana terdapat dua klub “sultan” yang sedari awal kompetisi Liga 2 2021 digadang-gadang sebagai kandidat kuat promosi ke Liga 1 yakni RANS Cilegon FC milik Raffi Ahmad dan Persis Solo yang dimiliki Kaesang Pangarep, putra sulung Presiden Joko Widodo.

Terbukti, Sriwijaya hanya mampu menang 2-1 saat berhadapan dengan Persiba Balikpapan. Kemudian kalah 0-2 ketika bentrok dengan Persis Solo. Lalu bermain imbang 0-0 di laga terakhir melawan RANS Cilegon FC. Mengoleksi 4 poin, Sriwijaya harus merelakan tiket semifinal didapat RANS Cilegon FC (7 poin) dan Persis Solo (6 poin).

Capaian musim ini tidak lebih baik dibanding musim 2019. Kala itu, Sriwijaya yang ditangani Kas Hartadi mampu mencapai semifinal. Namun Laskar Wong Kito kalah dari Persita Tangerang melalui adu penalti setelah skor imbang 0-0 bertahan hingga akhir babak tambahan. 

Di perebutan tempat ketiga, kesempatan Sriwijaya untuk promosi juga melayang. Menghadapi Persiraja Aceh, Sriwijaya menyerah 0-1.

Persoalan Sriwijaya sejak turun kasta di Liga 2 adalah tidak dimilikinya mesin gol di lini depan. Ketiadaan pemain yang mampu secara konsisten mencetak gol menyulitkan Sriwijaya untuk bersaing. 

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan klub-klub yang berhasil promosi. RANS Cilegon memiliki Cristian “El Loco” Gonzales yang meski tak lagi muda masih mampu mencetak 7 gol sepanjang musim ini. Begitu pula sang juara Persis Solo yang memiliki sederet penyerang tajam seperti Ferdinand Sinaga, Irfan Bachdim, Irfan Jauhari, Rivaldi Bauwo, Heri Susanto, Alberto “Beto” Goncalves. Bahkan Beto keluar sebagai top score dengan koleksi 11 gol.

Martapura Dewa United yang mendapat tiket terakhir promosi pun memiliki Herman Dzumafo Efandi yang bagus dalam penguasaan bola dan bekerja maksimal sebagai pemantul. Selain itu tim yang dipegang Kas Hartadi itu memiliki bomber asal Sumsel, Slamet Budiyono yang berhasil melesakkan 6 gol musim ini. 

Sementara gol-gol Sriwijaya datang kebanyakan dari barisan gelandang. Dedi Hartono yang posisi aslinya winger menjadi top score Sriwijaya musim ini dengan torehan 6 gol. 

Jelang musim 2021 Sriwijaya memang terkesan lamban di bursa transfer. Hal itu disebabkan berbagai persoalan. Selain jadwal kompetisi yang berubah-ubah, persiapan tim juga terkendala dengan lowongnya posisi manajer.

Wakil Wali Kota Pagar Alam, M Fadli yang dipercayakan menjadi manajer sejak 31 Januari 2021 menyatakan mundur di awal bulan Mei 2021. Padahal, tim baru saja memulai latihan perdana di awal April 2021 dengan pemain yang belum komplet. Praktis urusan perekrutan pemain tidak maksimal karena kosongnya posisi manajer.

Manajer Sriwijaya FC musim 2021 Hendriansyah. (Instagram/sriwijayafc.id/rmolsumsel.id)

Barulah di bulan September, posisi manajer Sriwijaya diisi oleh Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Hendriansyah. Namun karena sudah mepet dengan kick-off Liga 2 di awal Oktober 2021, membuat Sriwijaya tidak bisa berbuat banyak di bursa transfer. Selain itu keterbatasan dana menjadi alasan manajemen tidak jor-joran dalam perekrutan pemain. Meski demikian, sederet pemain berkualitas tetap didapatkan pelatih Nil Maizar.

Pelatih asal Payakumbuh, Sumatera Barat itu mampu membangun komposisi yang mampu bersaing di lini belakang hingga tengah, namun Sriwijaya “kehabisan stok” penyerang berbahaya di pasar pemain. Hal itu dikarenakan pemain-pemain berkualitas sudah dikunci 24 tim yang bersaing di Liga 2 2021.

Pelatih Sriwijaya FC musim 2021 Nil Maizar. (Instagram/sriwijayafc.id/rmolsumsel.id)

Bahkan dengan nilai kontrak tinggi, membuat pemain-pemain Liga 1 rela turun kasta untuk memperkuat tim berlimpah dana seperti Persis Solo yang bahkan memiliki 10 penyerang dengan kualitas di atas rata-rata. Meski tidak semuanya mendapat menit bermain yang banyak, namun gaji dan fasilitas yang diberikan membuat pemain “betah” di klub tersebut.

Kondisi ini pun diakui Presiden Sriwijaya FC, Hendri Zainuddin. Kepada Kantor Berita RMOLSumsel, HZ mengatakan, pada dasarnya Sriwijaya musim ini sama seperti musim-musim sebelumnya yakni diperkuat pemain sesuai kebutuhan tim. Tapi karena memang bursa transfer musim ini sangat ketat membuat Sriwijaya kesulitan mendapatkan striker haus gol.

“Sebenarnya tim ini luar biasa. Cuma memang kelemahan kita di striker saja, striker yang kuat. Ada beberapa (upaya) yang sudah kita coba lakukan untuk menajamkan lini depan seperti merekrut Arianto (top score Liga 3 2017), ambil (gelandang serang) Khairallah Abdelkbir. Kontribusi mereka lumayan, tapi memang nyatanya kita perlu striker sekelas Beto dan Dzumafo. Itu yang menjadi evaluasi kita ke depan,” ujar HZ saat dibincangi, Jumat (24/12).

HZ mengatakan, untuk pembentukan tim menghadapi Liga 2 musim depan, manajemen akan menunggu regulasi dari PSSI dan PT LIB terlebih dulu. Hal itu terkait sistem kompetisi, jadwal dan lain sebagainya.

“Apakah kompetisi nanti dimulai bulan Mei atau Juni atau bulan lain, kita belum tahu. Pastinya kita lakukan persiapan minimal 2 bulan sebelum kick-off,” tuturnya.

Mengenai komposisi pemain dan pelatih yang akan mengisi skuat musim depan, HZ mengaku sudah mengantongi daftar pemain dan pelatih yang selanjutnya akan dievaluasi jajaran manajemen.

“Ada sebagian pemain (musim ini) yang dilepas. Sebagian lagi yang dipertahankan akan kita rapatkan dulu,” katanya.

Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru meminta manajemen Sriwijaya FC belajar dari kegagalan musim ini. Sehingga pada musim depan tim kebanggaan masyarakat Sumsel tersebut bisa meraih tiket promosi Liga 1.

“Manajemen harus lebih agresif lagi. Baik dari perbaikan kualitas pemain maupun dalam mencari sponsor pendanaan,” ucap Deru, Jumat (24/12).

Deru menyampaikan, Pemprov Sumsel sudah pasti mendukung Sriwijaya FC. Namun dukungan tersebut bukan dalam bentuk pendanaan. Sebab ada aturan yang melarang hal itu.

“Untuk itulah manajemen harus pintar-pintar mencari pendanaan untuk membiayai keperluan tim. Kami tentu selalu memberikan dukungan di luar pendanaan. Karena tim ini juga membawa nama harum Sumsel,” tuturnya.

Meski dirinya dan juga masyarakat Sumsel khususnya suporter merasa kecewa karena Laskar Wong Kito kembali gagal promosi musim ini, namun Deru tetap mengapresiasi kerja keras pemain, pelatih, ofisial dan manajemen. Menurutnya, untuk mengembalikan Sriwijaya FC ke Liga 1 butuh waktu dan proses.

“Butuh waktu untuk memulihkan kondisi tim. Tentu ke depannya harus ada evaluasi menyeluruh agar bisa jaya seperti dulu lagi,” tuturnya.

Sejak Pemprov Sumsel membeli Persijatim Solo FC di tahun 2004, dan mengganti nama menjadi Sriwijaya FC, tim ini mengikuti kompetisi musim 2005.

Sriwijaya menjadi salah satu tim tersukses di Indonesia dengan meraih hampir semua trofi kompetisi maupun turnamen di Tanah Air. Sriwijaya tercatat menjadi 2 kali juara Liga Indonesia (2007/2008, 2011/2012), 3 kali juara Piala Indonesia (2007/2008, 2008/2009, 2010). Kemudian lemari trofi Sriwijaya juga bertambah dengan 1 piala Indonesian Community Shield dan 2 piala Inter Island Cup.

Bahkan Sriwijaya pernah menjadi wakil Indonesia di pentas Liga Champions Asia musim 2009. Namun bertemu tim-tim besar sekelas Gamba Osaka, FC Seoul, dan Shandong Luneng Taishan, langkah Sriwijaya terhenti di penyisihan grup.

Musim 2010 Sriwijaya bermain di AFC Cup. Lolos dari penyisihan grup, Sriwijaya terhenti oleh Thai Port (Thailand) di babak 16 besar. Musim 2011, lagi-lagi Sriwijaya mewakili Indonesia di AFC Cup. Seperti halnya musim 2010, Sriwijaya mampu lolos ke babak 16 besar. Namun lagi-lagi langkah Sriwijaya dihentikan klub asal Thailand, Chonburi.

Skuat Sriwijaya FC Musim 2021

Kiper

Rizky Darmawan

Hendra Mole

Rudi Nurdin Rajak

Bek

Ikhwan Ciptady

Obet Choiri

Bobby Satria

Valentino Telaubun

Akbar Zakaria

Denny Arwin

Rahmat Juliandri

Taufiq Alif

Ambrizal

Gelandang

Dedi Hartono

Nur Iskandar

Hari Habrian

Imam Bagus Kurnia

Rahel Radiansyah

Ronaldo Meosido

Suandi

Cakra Yudha

Rio Hardiawan

Fadil Redian

Suhendra Saputra

Adistya Wicaksana

Roby

Arody Uopdana (putaran kedua)

Khairallah Abdelkbir (putaran kedua)

Engelberd Sani (babak 8 Besar)

Ghulam Fatkur Rahman (babak 8 Besar)

Penyerang

Rudiyana

Afriansyah

Arianto

Sunawan Rusni (babak 8 Besar)