Kasus DBD di Palembang Menurun, PHBS Membaik atau Warga Takut Berobat?

Nyamuk aedes aegypti pembawa virus dengue penyebab DBD. (Net/rmolsumsel.id)
Nyamuk aedes aegypti pembawa virus dengue penyebab DBD. (Net/rmolsumsel.id)

Data Dinas Kesehatan Kota Palembang mencatat terjadi penurunan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di tahun 2021 dibanding tahun sebelumnya. Namun penurunan ini masih menjadi tanda tanya bagi petugas kesehatan.


Sebab ada dua kemungkinan yang muncul yakni warga sudah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan baik atau karena takut berobat di tengah pandemi Covid-19 sehingga kasus DBD tidak terdata.

Kepala Seksi P2P Dinkes Kota Palembang, Yudi Setiawan mengatakan, di tahun 2020 kasus DBD mencapai 435 kasus. Namun pada 2021 hanya tercatat 246 kasus atau mengalami penurunan 57 persen. Sedangkan di awal tahun 2022 baru terdata 2 kasus.

“Melihat adanya penurunan kasus DBD hingga 57 persen ini kita berharap karena kesadaran masyarakat tentang kebiasaan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan PHBS sudah baik,” ujar Yudi, Kamis (20/1).

Menurut Yudi, kemungkinan lain adalah penurunan ini disebabkan sepanjang 2021 kasus Covid-19 di Palembang sangat tinggi terutama di bulan Juli dan Agustus. Hal itu bisa saja menjadi alasan masyarakat menunda untuk datang ke fasilitas kesehatan bila ada anggota keluarga yang demam sebagai salah satu gejala DBD.

“Karena gejala DBD hampir mirip dengan gejala Covid-19, terutama ada demamnya. Sehingga mungkin masyarakat takut berobat karena nanti menjadi suspect Covid-19,” kata Yudi.

Dari 246 kasus DBD di Palembang tahun 2021, kasus terbanyak berada di Kecamatan Sako dengan jumlah 38 kasus dan Kecamatan Ilir Timur II dengan 34 kasus.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang, dr Zulkhair Ali mengimbau masyarakat agar juga mewaspadai penularan DBD di tengah pandemi Covid-19.

“Di musim hujan sekarang ini banyak penyakit bermunculan. Salah satunya yang akhir-akhir ini naik di beberapa daerah yakni DBD,” ucapnya.

Untuk mengantisipasinya, Zulkhair menyarankan masyarakat untuk lebih menjaga perilaku hidup bersih dan sehat.

“Yang pertama adalah membersihkan lingkungan kita. Kemudian yang kedua hindari nyamuk sedapat mungkin. Jangan biarkan nyamuk beterbangan di dalam rumah, karena ada kemungkinan di antara nyamuk-nyamuk itu ada nyamuk aedes aegypti,” ujar Zulkhair.

Selain itu masyarakat juga perlu mulai menata dan membersihkan simpanan air-air bersih di tempat yang tidak langsung berhubungan dengan tanah, contohnya di kolam-kolam, di bak penampungan, bahkan di piring-piring.