Jelang Iduladha 1443 H harga Cabai di kabupaten Muara Enim makin pedas, sebagai salah satu kebutuhan dapur yang penting bagi masyarakat, kenaikan ini dianggap seolah tradisi.
- Tiga Teknologi ini Dinilai Mampu Bantu Jemaah Haji di Arab Saudi
- Awasi Kondisi Sapi saat Iduladha 1443 H, PDHI Sumsel Terjunkan 60 Dokter Hewan
- PD Muhammadiyah Muara Enim: Keyakinan untuk Beribadah Hak Semua Orang
Baca Juga
Cabai Rawit, duduki posisi paling mahal dibanding harga Cabai lainnya, seperti Cabai Hijau, Cabai Keriting, Cabai Setan, sebelumnya Cabai Rawit Berkisar antara Rp90 ribu perkilo kini Rp110 perkilo.
Salah satu pedagang sayur di kawasan Tanah Abang Muara Enim, Rumidah (28) mengatakan, harga Cabai sudah sejak beberapa pekan lalu mengalami kenaikan.
Namun, kata Dia, untuk Cabai Rawit baru beberapa hari kebelakang mengalami kenaikan, kebanyakan masyarakat yang membeli di sini per-ons.
"Cabai Hijau Rp50 ribu perkilo, Cabai keriting Merah Rp100 ribu perkilo, Cabai Setan Rp100 ribu perkilo sementara yang kembali mengalami kenaikan yaitu Cabai Rawit saat ini Rp110 perkilo," bebernya kepada kantor berita RMOLSumsel, Sabtu (2/7)
Rumidah mengaku, tidak tahu pasti penyebab kenaikan harga Cabai, namun sejak periode awal bulan Juni kemarin harga Cabai berangsur mengalami kenaikan "Sekarang Cabai Rawit inilah yang paling mahal, kabarnya karena kondisi cuaca yang tidak stabil, nggak ngerti juga kami," pungkasnya.
Salah seorang pembeli, Riska (31) mengatakan, selama ini harga Terasa mengalami banyak kenaikan sejak bulan Mei, namun tidak terlalu, setelah awal Juni sampai sekarang harga Cabai terus merangkak naik.
"Ya, Cabai Rawit memang yang paling mahal, harganya sepedas rasanya, harga per-onsnya berkisar Rp12 ribu, kalau di warung-warung dekat rumah malah Rp14 ribu," ungkapnya.
Riska berharap, tentunya harga Cabai bisa kembali normal "Sepertinya sudah jadi tradisi apa-apa mahal kalau sudah mau lebaran," pungkasnya.
- Desakan Warga Dikabulkan, Izin Dispensasi Angkutan Batubara PT DBU Tak Diperpanjang
- Presiden Prabowo Tanam Padi Serentak di Sumsel, Dorong Swasembada hingga Jadi Lumbung Pangan Dunia
- Operasional PT ASL Dihentikan Sementara, Diduga Penyebab Pencemaran Sungai Lubai yang Tewaskan Ribuan Ikan