Ribuan kurir pengantar barang di Korea Selatan, sejak Rabu lalu (9/6), melakukan aksi mogok kerja secara massal. Mereka menuntut hak dan perlindungan yang lebih baik. Hal itu menyusul kematian 16 kurir tahun lalu akibat terlalu banyak bekerja.
- Pengedar Narkoba di Wilayah OKU Seperti 'Jamur' di Musim Penghujan
- Nekat Jadi Bandar Sabu, Wanita Tuna Karya Ditangkap Polisi
- Gelagat Mencurigakan, Dua Kurir Sabu di OKU Tertangkap Polisi Saat Melakukan Hunting
Baca Juga
Dikutip The Strait Times melalui RMOL.ID, aksi tersebut dilakukan setelah tidak adanya kata sepakat antara serikat pekerja, pemerintah, dan perusahaan logistik gagal.
Padahal, Januari lalu perusahaan termasuk CJ Logistics, Lotte Global Logistics dan Hanjin Transportation telah berjanji untuk menerapkan langkah-langkah meringankan beban kurir, seperti mempekerjakan lebih banyak pekerja atau menggunakan teknologi untuk mengotomatisasi proses pengiriman. Namun, mereka gagal menepati janji.
“Perusahaan logistik harus bertanggung jawab dan segera menerapkan langkah-langkah pencegahan kerja berlebihan,” kata seorang pejabat serikat, Minggu (13/6).
Pejabat tersebut menyebut, perusahaan logistik telah mendapatkan manfaat besar selama beberapa dekade dengan memaksa kurir menyortir paket selama berjam-jam secara gratis.
Ia mengatakan mereka akan terus melancarkan aksi mogok kerja di Seoul dan mengerahkan hingga 6.500 anggota dan kendaraan mereka. Aksi mogok kerja tersebut telah diikuti sebanyak 2.100 anggota serikat pekerja.
Ada sekitar 40.000 pengemudi kurir yang bekerja di Korea Selatan. Mereka telah lama mengeluhkan terlalu banyak pekerjaan, khususnya sejak tahun lalu, ketika pandemi Covid-19 muncul. Selama tahun lalu, terdapat 3,37 miliar paket yang dikirimkan, meningkat 21 persen dari tahun sebelumnya.
- Dekan FK Unair Dipecat, Guru Besar Turun Gunung Ancam Mogok Kerja
- Pengedar Narkoba di Wilayah OKU Seperti 'Jamur' di Musim Penghujan
- Nekat Jadi Bandar Sabu, Wanita Tuna Karya Ditangkap Polisi