Investigasi Fatality Bima Putra Abadi Citranusa Belum Diselesaikan Inspektur Tambang, Terdapat Perlakuan Berbeda?

Tim inspektur tambang penempatan Sumsel menerima aksi dari Kawali Sumsel. (dok/rmolsumsel.id)
Tim inspektur tambang penempatan Sumsel menerima aksi dari Kawali Sumsel. (dok/rmolsumsel.id)

Koordinator Inspektur Tambang (IT) penempatan Sumsel, Oktarina Anggereyni mengaku pihaknya belum merampungkan investigasi atas fatality yang terjadi di areal IUP PT Bima Putra Abadi Citranusa pada Selasa (5/7) lalu.


Kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Oktarina menyebut proses investigasi penyebab kecelakaan masih terus berjalan. "Saat ini masih di lapangan dan masih melakukan tahapan investigasi. Sehingga kami belum bisa menyampaikan banyak terkait dari kejadian tersebut," ujarnya Kamis (14/7) lalu.

Artinya sudah lebih dari delapan hari kecelakaan, tim yang diterjunkan oleh IT penempatan Sumsel itu belum menyelesaikan investigasi, maupun menyimpulkan penyebab terjadinya fatality.

Padahal, berdasarkan keterangan yang dihimpun Kantor Berita RMOLSumsel, IT penempatan Sumsel sudah mendapatkan informasi yang menyeluruh mengenai fatality ini. Hal tersebut memunculkan dugaan beda perlakuan terhadap kasus fatality yang terjadi pada perusahaan ini.

Apalagi berdasarkan Surat Edaran Dirjen Minerba Kementerian ESDM bernomor 06.E/37.04/DJB/2019, terkait kewajiban perusahaan tambang apabila terjadi fatality, dimana dalam Surat Edaran itu disebutkan, tiga poin yang wajib dilakukan saat terjadi fatality, yaitu: 1. Menghentikan seluruh kegiatan operasional sampai hasil investigasi kecelakaan tambang berakibat mati ditindaklanjuti; 2. Melakukan evaluasi terhadap kinerja KTT atau PTL Perusahaan yang apabila berdasarkan evaluasi dianggap tidak mematuhi peraturan perundang-undangan dan tidak menalankan tanggungjawabnya maka bisa diganti atau dicabut surat pengesahannya sebagai KTT atau PTL; 3. Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja pengelolaan keselamatan pertambangan di perusahaan tersebut.

Terkait ini, Oktarina sendiri belum bisa mengungkapkan apakah operasional perusahaan disetop atau tidak.

Sementara itu, Kepala Teknik Tambang (KTT) PT BPAC Muhammad Zaki saat dikonfirmasi terkait kejadian tersebut tidak merespon pertanyaan wartawan. Hingga berita ini diturunkan, yang bersangkutan tidak menjawab pertanyaan yang telah dilayangkan melalui pesan Whatsapp.  

Kronologis Fatality Beredar di Kalangan Media

Seperti diketahui, seorang sopir dump truk bernama Lawas (38) meregang nyawa. Informasi yang dihimpun, korban Lawas persis setahun lalu bekerja di perusahaan yang tergabung dalam Bomba Grup ini. Dia melakukan aktivitas seperti biasa di hari nahas tersebut dan sempat mendapatkan safety talk yang umum dilakukan oleh perusahaan dalam aktivitas beresiko yang dikenal dengan istilah P5M.

Setelah melakukan briefing keselamatan dengan atasannya, korban kemudian melanjutkan pemeriksaan kendaraan yang menurut sumber Kantor Berita RMOLSumsel, disebutkan bahwa kendaraan dump truk tersebut layak jalan. Korban kemudian melakukan aktivitas pengangkutan batubara dari pit menuju stok pile Talang Akar.

Sayangnya, saat melintas di lokasi kejadian yakni Turunan Semanding, dump truk yang dikemudikan oleh korban hilang kendali dan tidak bisa diberhentikan karena diduga mengalami rem blong. Akibatnya korban diduga membanting setir ke arah kiri sehingga kendaraan menabrak tanggul.

Dalam kejadian yang cepat itu, benturan keras yang diakibatkan tabrakan antara truk dan tanggung membuat korban terpental. Begitu juga dengan batubara yang kemudian berserakan di jalan. Parahnya, tabrakan itu membuat roda depan dan belakang dump truk terlepas.

Dalam foto yang beredar, yang juga diterima oleh Kantor Berita RMOLSumsel terlihat jelas bagaimana kendaraan tersebut rusak berat dengan kondisi kabin yang hancur.

Mengetahui kejadian ini, beberapa rekan kerja korban kemudian melarikannya ke klinik, namun luka berat di bagian kepala dan bagian tubuh lain membuatnya terpaksa dirujuk ke Puskesmas Perangai. Sayangnya, dengan peralatan yang kurang memadai, korban kembali dilarikan ke RSUD Lahat.

Sempat menjalani perawatan, nyawa korban akhirnya tak dapat diselamatkan. Sempat kritis, Lawas akhirnya menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 20.00 WIB malam.