Kondisi pandemi Covid-19 di Kota Palembang saat ini trennya meningkat. Hal ini tak lepas dari pengamatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang.
- Soal Daun Sungkai, IDI Palembang: Belum Ada Uji Klinis Obat Terapi Covid-19
- Ketua IDI Palembang: Penurunan Zona Bukan Berarti Aman
Baca Juga
Ketua IDI Palembang, dr Zulkhair Ali mengatakan, upaya pemerintah untuk melakukan sejuta vaksinasi dalam satu hari dinilai sangat baik untuk menekan angka Covid-19. Hanya saja, berkaca dari kondisi sebelum dilakukannya vaksinasi, di mana pasca lebaran Idulfitri banyak hari libur yang membuat mobilitas warga tinggi seperti berwisata dan kondangan, diduga ikut menyumbang tingginya kasus Covid-19 saat ini.
“Kondisi liburan, mobilitas tinggi, termasuk kondangan yang membuat kasus Covid-19 meningkat. Tidak ada pembatasan lagi,” katanya, Senin (5/7).
Karena itu, untuk menekan angka Covid-19 ini, dia menyarankan agar Palembang mengacu pada aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Artinya, mengambil poin-poin penting dari PPKM tersebut dan jangan menunggu kasus melonjak baru bergerak.
“Belajar dari Jawa, jangan sampai kasus kita tinggi dulu. Sebab saat itu kita melihat India terjadi ledakan kasus tetapi kita santai saja. Tapi, saat terjadi di Jawa kita harus bergerak mengantisipasi jangan sampai terjadi di Palembang,” ujarnya.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam ini, ada beberapa aturan PPKM darurat yang dapat diadopsi di Palembang, seperti aturan mal, tempat kerumunan dibatasi jam operasionalnya dan restoran hanya boleh untuk take away. Sedangkan, untuk rumah ibadah menurutnya tidak harus ditutup, namun dilakukan pengawasan protokol kesehatan dengan ketat.
“Jadi setiap jemaah di dalam harus menggunakan masker dan menjaga jarak, dan ini harus memang diawasi. Jadi tidak harus ditutup,” ucapnya.
Dia juga menilai kebijakan aturan sistem ganjil dan genap untuk mengatasi kerumunan tidaklah efektif. Karena menurutnya, kebanyakan remaja atau anak nongkrong lebih memilih menggunakan motor mereka ketimbang menggunakan mobil. Hal ini diketahui, lantaran rumahnya berada di wilayah yang diberlakukan sistem ganjil dan genap.
“Jadi menurut kami dari IDI, (sistem ganjil genap) itu dampaknya tidak terlalu besar,” tuturnya.
- Bali Keluar dari Level 4 ke 3, PPKM Lanjut Hingga Sepekan ke Depan
- Dampak PPKM Sangat Terasa, Petani Nanas di Muara Enim Merugi Puluhan Juta
- Kang Emil Minta Pemerintah Pusat Turunkan Status Jabar Jadi PPKM Mikro