Hilangnya Nilai-nilai Pancasila di Generasi Pascareformasi

Peringatan Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni seakan menjadi seremonial belaka. Sebab sekarang nilai-nilai Pancasila seolah-olah telah hilang dari masyarakat Indonesia, terlebih lagi dari kalangan siswa SD hingga mahasiswa.


Rektor Universitas IBA, Tarech Rasyid menyampaikan, ada dua jalan untuk membumikan Pancasila untuk seluruh komponen masyarakat Indonesia yaitu secara formal melalui dunia pendidikan dengan menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila itu. Kedua secara non formal yakni melalui kegiatan-kegiatan di masyarakat.

“Kita kan ada lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Saya tidak tahu bagaimana menerjemahkan agar nilai-nilai Pancasila itu tersosialisasi, bahkan tidak sekadar sosialisasi tapi dia menjadi suatu nilai yang terinternal sebagai warga negara Republik Indonesia. Jadi Pancasila sebagai satu pandangan hidup, sebagai suatu filsafat yang bisa menjadi kritik terhadap pandangan luar. Kita berharap seperti itu,” ujarnya, Sabtu (29/5).

Lalu bagaimana filsafat Pancasila itu menjadi cara berpikir masyarakat Indonesia untuk melakukan kritik terhadap pandangan-pandangan luar atau secara ada proses reduksi secara sosiologis.

“Jadi pandangan-pandangan luar itu dia harus melalui proses yang disebut dengan reduksi sosiologis, alatnya Pancasila itu. Sehingga Pancasila tidak sekadar menjadi falsafah, tapi menjadi sebuah ideologi. Karena memang Pancasila sebagai ideologi negara adalah cara menghadapi berbagai ideologi yang berkembang hari ini seperti ideologi kapitalisme, ideologi sosialisme, ideologi neo liberalisme dan sebagainya,” tutur mantan jurnalis ini.

Sejarawan Sumatra Selatan, Syafruddin Yusuf menilai, kebijakan masa lalu selalu ditinggalkan oleh pemerintah saat ini karena dianggap seluruh kebijakan sebelumnya itu jelek. Salah satunya kebijakan penerapan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang sempat diberlakukan zaman Orde Baru.

“Dari P4 itu jelas toleransi bagaimana. Bagus sebetulnya itu. Cuma kalau kita lihat sekarang anti  Pancasila, tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, nah sementara masyarakat umum tidak tahu nilai-nilai Pancasila yang mana, apalagi generasi yang sekarang ini lahir sesudah zaman reformasi ini. Kalau dulu dari SMP, SMA hingga perguruan tinggi ada pengkajian P4, jadi dia tahu, Ketuhanan yang Maha Esa dia harus toleransi, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dia harus bersikap adil dan memperhatikan unsur-unsur kemanusiaan. Itu dulu ingat mereka, kalau generasi sekarang tidak ada,” paparnya ditemui Kamis (27/5).

Menurut dosen Universitas Sriwijaya ini, dengan hilangnya nilai-nilai Pancasila tersebut maka wajar jika saat ini generasi muda banyak melakukan hal-hal bertentangan dengan nilai Pancasila seperti berkelahi, tawuran, dan sebagainya.

“Pemerintah sekarang kelihatan tidak ada upaya mengembalikan P4 itu. Ada namanya lembaga BPIP itu cuma kerjanya tidak tahu. Mestinya BPIP tidak sebatas mengkaji nilai-nilai itu, tapi juga menyosialisasikan kepada masyarakat terutama generasi muda ini,” tegasnya.

Syafruddin cenderung berharap penataran P4 seperti di zaman Orde Baru bisa dihidupkan kembali. Tentu dengan berbagai penyesuaian. Mana-mana nilai yang tidak cocok lagi tidak usah dipakai.