Harimau Sumatera Ini Tewas Setelah Alami Sesak Napas

Tim dokter menunjukkan bangkai harimau sumatera yang tewas di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasyara, Sumatera Barat. (ist/rmolsumsel.id)
Tim dokter menunjukkan bangkai harimau sumatera yang tewas di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasyara, Sumatera Barat. (ist/rmolsumsel.id)

Seekor Harimau Sumatera dinyatakan tewas, Rabu lalu (8/6) sekitar pukul 05.00, saat sedang menjalani proses rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasyara, Sumatera Barat. Harimau betina yang bernama Puti Maua Agam itu mengalami gejala sesak napas sebelum akhirnya tewas. 


Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Ardi Andono, mengatakan harimau betina itu dievakuasi dari konflik harimau dan manusia di Jorong Kayu Pasak Timur Nagari Salareh Aie, Kecamatan Palembayan, Agam, Sumatera Barat. Puti telah menjalani proses rehabilitasi sejak 11 Januari 2022 lalu. 

“Selama menjalani rehabilitasi, Pusat Rehabilitasi secara rutin melaporkan perkembangan pemeliharaan dan perawatan Puti Maua Agam ke BKSDA Sumatera Barat,” kata Ardi dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/6). 

Ardi mengatakan catatan kesehatan harimau berjenis kelamin betina tersebut sampai dengan 13 April 2022 menunjukkan hewan itu sehat. Bahkan BKSDA Sumatera Barat bersiap untuk melepaskan Puti kembali ke alam liar. 

Namun, selagi BKSDA Sumatera Barat mempersiapkan lokasi pelepasliaran dan melakukan studi analisis kesesuaian habitat, kondisi kesehatan harimau terpantau mengalami penurunan status kesehatan sejak 18-27 Mei 2022.

“Kami berharap kematian Puti Maua bisa menjadi momentum penting bagi dunia konservasi satwa liar untuk lebih peduli terhadap kelestarian satwa-satwa liar khususnya harimau sumatera,” kata Ardi.

Manager Operasional PR-HSD ARSARI, Patrick Flaggellata, mengatakan Puti terlihat sakit sejak 18 Mei 2022. Dia mengalami penurunan nafsu makan serta beberapa mengalami luka miasis.

“Kondisinya sempat membaik mulai 27 Mei, namun pada 6 Juni 2022 mendadak Puti kembali sakit diikuti dengan hipersalivasi, dan tidak dapat diselamatkan lagi pada 8 Juni 2022,” kata Patrick. 

Patrick mengatakan Puti sempat menunjukkan gejala sesak napas menjelang kematian. Tim mencoba menyelamatkan dengan memberikan atropin sulfat dan nebul salbutamol, serta menyuapinya dengan menggunakan batang kayu yang diisi pakan daging. Namun Puti tak menggubris. 

Setelah kematian harimau sumatera, tim medis pun melakukan nekropsi terhadap bangkai Puti dengan disaksikan oleh petugas Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Sumatera Barat. Tujuan nekropsi adalah untuk mendapatkan informasi rinci penyebab kematian Puti melalui pengujian laboratorium terhadap sampel dari organ tubuh harimau tersebut.

Beberapa sampel bagian tubuh Puti kemudian dikirim ke Laboratorium Patologi Pusat Studi Satwa Primata IPB dengan dilampirkan diagnosa pembanding (differential diagnosis) guna meneguhkan penyebab kematian satwa dilindungi itu.